Ilustrasi - Warga mengantre membeli kebutuhan pangan pokok saat gelaran pangan murah di Kantor Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022). Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) menggelar pangan murah pada 21 - 22 September 2022 di Kantor Kecamatan Cimanggis dan Pasar Depok Jaya sebagai upaya mengendalikan inflasi di wilayah tersebut. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Inflasi Indonesia tahun ini diproyeksi akan berada di level 4,6 persen. Proyeksi ini naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,6 persen akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Terjadi kenaikan harga BBM pada September. Hal ini akan menyebabkan lonjakan tingkat harga pada September, Oktober dan November sehingga inflasi setahun penuh akan menjadi sekitar 4,6 persen,” kata Ekonom Senior ADB Henry Ma dalam acara Asian Development Outlook 2022 Update on Indonesia di Jakarta, dikutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (21/9).

Baca juga:  Soal Penambahan Komisi DPR RI, Ini Kata Puan Maharani

Henry mengingatkan, inflasi masih akan tinggi sampai semester I-2023 yang diperkirakan mencapai 5,5 persen sampai 6 persen akibat kenaikan harga komoditas dan BBM ini.

Tak hanya karena kenaikan harga BBM dan komoditas, inflasi tinggi sepanjang semester I tahun depan juga diakibatkan oleh basis inflasi yang rendah pada periode sama tahun sebelumnya.

Menurutnya, perkembangan inflasi Indonesia sepanjang semester I-2022 masih cukup moderat dan rendah sehingga ini menjadi base year effect terhadap inflasi pada semester I tahun berikutnya.

Baca juga:  Dewan Pengawas Periksa Tiga Wakil Ketua KPK

Meski demikian, Henry mengatakan inflasi akan kembali melandai pada semester II-2023 di kisaran 3,8 persen sehingga sepanjang tahun depan inflasi diperkirakan sebesar 5,1 persen. “Inflasi diperkirakan rata-rata 5,1 persen pada 2023 yang naik dari proyeksi sebelumnya 3 persen,” tegas Henry. (kmb/balipost)

BAGIKAN