Acara penghormatan terakhir kepada Guru Besar Fakultas Kedokteran Prof Samekto Wibowo di Balairung UGM, Sleman, Minggu. (BP/Ant)

YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Guru Besar Kedokteran Prof Samekto Wibowo meninggal dunia setelah terseret ombak di Pantai Pulang Sawal, Tepus, Gunungkidul, DIY pada Sabtu (24/9). Koordinator SAR Linmas Wilayah II Pantai Baron Marjono menjelaskan bahwa korban bersama beberapa rekannya berfoto di sekitar bawah tebing Pantai Sawal pada Sabtu (24/9) sekitar pukul 11.00 WIB.

Petugas, kata dia, sudah berkali-kali mengimbau agar Samekto menepi, tetapi tidak dihiraukan. Tanpa menghiraukan imbauan, menurut Marjono, Prof Samekto terhantam gelombang besar dan terseret hingga ke tengah perairan.

Baca juga:  Sujud dan Penghormatan pada Catur Guru

Petugas Satlinmas yang mengetahui peristiwa itu, kata dia, langsung mengevakuasi korban ke tepi pantai dan kemudian membawa ke Puskesmas Tepus.

Prof Samekto, kata dia, mengalami pingsan dan mulut berbusa diduga akibat terlalu banyak kemasukan air. “Namun, korban mengalami henti nafas dalam perjalanan menuju Puskesmas Tepus. Selanjutnya, jenazah dibawa ke ruang jenazah RSUD Wonosari,” ujar Marjono

Kepergian Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk selamanya itu ditandai dengan penghormatan terakhir oleh pihak kampus.

Baca juga:  WHO Sebut Sejumlah Negara Ambil "Arah Salah" dalam Penanganan COVID-19

Acara penghormatan terakhir kepada jenazah Prof Samekto berlangsung di Balairung UGM, Sleman, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (25/9). “Almarhum merupakan sosok panutan serta memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk perkembangan keilmuan dan kemajuan fakultas,” ujar Rektor UGM Prof Ova Emilia saat memberikan sambutan.

Ova mengatakan, selama mengabdi di UGM, Samekto dikenal sebagai sosok yang ramah, sabar, disiplin, serta memberikan kesempatan maju dan berkembang kepada para sejawat yang lebih muda serta kepada para mahasiswanya. “Hal tersebut yang menjadi cerminan karakter pribadi beliau selama menjalankan tugas di Universitas Gadjah Mada,” kata dia.

Baca juga:  Ngaben Kusa Pranawa, Sucikan Kerangka Manusia Prasejarah di Museum Gilimanuk dan UGM

Almarhum, kata dia, menjabat sebagai Kepala Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf periode 2001-2009 dengan berbagai program dan terobosan, sehingga berhasil mencapai beberapa kemajuan.

Selanjutnya, Samekto yang juga dokter spesialis syaraf berjasa dalam pengembangan layanan pasien dengan gangguan tidur pada tahun 2009.

Setelah mendapat penghormatan terakhir, jenazah Samekto kemudian diberangkatkan menuju Pemakaman keluarga di Pondok Muharrikun Najah, Desa Ngawonggo, Ceper, Klaten, Jawa Tengah. (kmb/balipost)

BAGIKAN