Karina Ayu Ghimas. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Tak banyak desainer muda yang menekuni kebaya sebagai pilihan untuk berkarya. Namun tak demikian dengan Karina Ayu Ghimas (24).

Desainer muda berbakat peraih penghargaan ‘Designer of The Year 2018’ dari sekolah fashion internasional Istituto Marangoni Milan Italia ini mengembangkan kebaya klasik berdetail modern untuk dipasarkan. “Kalau style aku sendiri pasti ada klasiknya. Jadi kalau kebaya, ya tetap kebaya klasik, tapi detailnya modern,” papar Karina.

Di butiknya “Karina Ghimas” di kawasan Bintaro Tangerang Selatan, ia berupaya berinteraksi dengan klien untuk menghasilkan kebaya yang sesuai dan perfect. “Alasan aku membuka butik, pertama supaya bisa berinterkasi secara langsung dengan klien tentang busana yang diinginkan. Misalnya klien mau kebaya yang seperti ini, ini, ini…, nanti aku bisa bantu saranin agar kebaya yang diinginkan bisa perfect sesuai harapannya,” kata Karina, Minggu (25/9) dikutip dari rilisnya.

Baca juga:  Jadikan Identitas Bali, APPMI Bali Garap Program 100 Kebaya

Pemilik brand “Karina Ghimas” itu mengaku membuka butik untuk memanjakan para penyuka desain-desain hasil karyanya. Sebab bagi Karina, berdiskusi langsung dengan pelanggan merupakan hal penting karena sebelum membuat rancangan atau desain busana, dia harus benar-benar memahami keinginan klien.

“Sebab ada juga lho, klien yang bingung atau nggak tahu mau membuat busana seperti apa. Nah di situ, aku bakal bantu memberi suggest agar dia mendapatkan busana terbaik yang bakal mempercantik penampilannya,” tambah Karina yang merancang sendiri baju yang dia inginkan saat kelas 3 Sekolah Dasar.

Karina yang baru dua bulan menerjuni dunia desain secara profesional itu, memang fokus pada desain custom made attires atau busana pesanan khusus. Mulai dari wedding dress, pre-wedding, kebaya, hingga baju kurung.

Baca juga:  Cegah Omicron, Kebijakan Pengetatan Perjalanan Internasional Berbasis Data

Di butiknya, tim produksi, seperti penjahit hingga pemasang payet, berada di satu tempat sehingga memudahkan berkoordinasi untuk menghasilkan karya terbaik. “Aku sih sangat fleksibel dalam mendesain kebaya atau busana apa saja sesuai permintaan pelanggan, karena kepuasan mereka merupakan hal utama,” tegasnya.

Di 2018, Karina saat masih kuliah menyabet penghargaan “Designer of The Year” pada gelaran Fashion Show Design Award yang digelar Istituto Marangoni Milan mengalahkan teman-teman seangkatannya yang terdiri dari delapan kelas atau sekitar 200 mahasiswa. Sebagai pemenang fashion show di Milan, karya Karina kemudian diikutkan lomba fashion show putaran final yang digelar di Istituto Marangoni London yang pesertanya merupakan pemenang dari tiga cabang kampus Istituto Marangoni, yakni Milan, Paris dan London.

Baca juga:  Gaet Investor Asing dan Domestik, Pemprov Jateng Genjot Pengembangan Kawasan Industri

Pada babak final, desain Karina ternyata menang lagi sehingga dia mendapatkan beasiswa S-2 dan boleh memilih untuk memperdalam ilmu desain di Istituto Marangoni Paris atau London. Karina memilih London dan berhasil menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude.

Pilihan S-2 di London ternyata juga merupakan berkah, karena dia justru mendapatkan ilmu desain yang semakin lengkap akibat adanya perbedaan karakter pendidikan antara Milan dan London. “Jika di Milan Italia kita dituntut bisa mendesain gaun yang cantik, indah, bagus dan modern, di London berbeda karena kita justru dituntut menghasilkan karya-karya yang infovatif sehingga bisa tetap bertahan hingga beberapa tahun ke depan,” paparnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN