DENPASAR, BALIPOST.com – Lontar Babad Pasek Badeg milik Pasemetonan Pasek Badeg, Desa Sebudi, Karangasem dialih-akasarakan dan bahasakan, bekerjasama dengan Unit Lontar Universitas Udayana. Guna menyempurnakan hasilnya, Jumat (30/9) dilakukan acara Diseminasi Alih Aksara dan Alih Bahasa Lontar Babad Badeg, di Ruang Soekarno, Fakultas Ilmu Budaya, Unud.
Sekretaris Unit Lontar Unud, Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum. memaparkan terdapat tiga naskah lontar dan satu lempengan tembaga yang dimiiliki Pasemetonan Pasek Badeg yang diupayakan agar isinya dipahami masyarakat. Dua naskah dalam kondisi rusak, satu naskah lontar dalam kondisi baik.
Satu naskah dalam kondisi baik yang diberi kode B, inilah yang diputuskan untuk dialihaksarakan dan dialihbahasakan. Naskah lontar itu menggunakan aksara Bali dan campuran bahasa Kawi Bali, dengan ejaan Purwa Dresta.
Ia mengatakan, lontar Babad Badeg ini berisi dua hal. Pertama, cerita penaklukan Kerajaan Bali dipimpin Raja Bedanawa oleh Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk.
Ketika Kerajaan Bali ditaklukkan, pemerintahannya kosong. Untuk mengisi kekosongan itu, Majapahit mengutus Dalem Cili atau Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi pemimpin.
Kedua, naskah lontar itu berisi silsilah keluarga Pasek. Disebutkan ada Pasek Gelgel, Pasek Denpasar, Pasek Tangkas, Pasek Nongan dan Pasek Badeg. Di situ, Pasek Badeg juga disebut sebagai prasanak Puseh.
Dalam diskusi terpumpun (FGD) tersebut, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Unud, Prof. Made Suastika dan Prof. Nyoman Suarka memberikan sejumlah masukan, seperti pentingnya rekonstruksi aksara dari keempat naskah lontar Babad Badeg tersebut. Sehingga isinya dapat dipahami lebih komprehensif.
Bendesa Desa Adat Badeg Tengah, Jro Nyoman Sidia menjelaskan alih aksara dan bahasa ini merupakan langkah awal menelusuri jejak leluhur mengenal silsilah keturunan pasemetonan. “Kami hanya ingin kejelasaan apa sebenarnya isi dari naskah yang diwarisi para leluhur kami,” kata Jro Nyoman. (Subrata/balipost)