Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi pada saat tiba di RSUD Kanjuruhan, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan bertambah. Berdasarkan data dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (2/10), tragedi ini telah menewaskan 129 orang.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi dikutip dari Kantor Berita Antara, mengatakan bahwa hingga saat ini tambahan dua orang tersebut meninggal usai menjalani perawatan. “Untuk jumlah korban saat ini masih kita cocokkan, yang sudah pasti sebanyak 129 orang. Mudah-mudahan jangan bertambah,” kata Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan, saat ini tim di lapangan masih mengumpulkan fakta-fakta di lapangan dan akan dilakukan investigasi terkait tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu malam (1/10) tersebut.

Menurutnya, untuk saat ini fokus penanganan yang dilakukan adalah kepada para korban yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di wilayah tersebut. Setelah itu, baru akan dilakukan investigasi dan kemudian mengambil sikap dari kejadian itu.

“Saat ini kita fokus pada yang menjadi korban. Untuk yang sakit akan kami layani secara gratis dan untuk yang meninggal kami siapkan santunan dari provinsi dan kabupaten kota,” katanya.

Baca juga:  Tiga Produk Andalan Daihatsu Hadirkan 18 SE untuk Asian Games ke-18

Ia menambahkan, untuk saat ini penanganan terhadap korban yang merupakan para pendukung Aremania tersebut sudah cukup baik. Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut menjadi pelajaran bersama agar tidak terulang di kemudian hari.

“Penanganan sangat baik. Atas nama pemerintah dan pribadi, kami menyampaikan bela sungkawa dan prihatin serta menyesalkan kejadian ini. Ini pelajaran bagi kita semua agar tidak terjadi lagi,” ujarnya.

Terpisah, Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan pelayanan terbaik kepada korban yang dirawat di rumah sakit. “Saya meminta Menteri Kesehatan (Menkes) dan Gubernur Jawa Timur untuk memonitor khusus pelayanan medis bagi korban yang sedang dirawat di rumah sakit agar mendapatkan pelayanan terbaik,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Baca juga:  Dewan Pers Didorong Segera Pidanakan Pemalsu Sertifikat UKW

Jokowi juga memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, dan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraan pertandingan tersebut.

Secara khusus, Jokowi meminta Kapolri untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan. “”Untuk itu, saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” kata Jokowi.

Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan. Dia sangat menyesalkan terjadinya kericuhan setelah pertandingan Liga 1 antara Arema dan Persebaya.

Dia juga berharap tragedi tersebut adalah yang terakhir kali dalam era sepak bola di Tanah Air. “Sportivitas, rasa kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa harus terus kita jaga bersama,” kata Presiden.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, bermula saat ribuan pendukung Arema masuk ke area lapangan setelah klub kebanggaan mereka, Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3. Di saat yang sama, para pemain dan ofisial Persebaya telah meninggalkan Stadion Kanjuruhan dengan menggunakan empat mobil barakuda.

Baca juga:  Tambahan Kematian COVID-19 di Bali, Puluhan Orang Tak Berkomorbid

Kapolda Jawa Timur mengatakan pendukung Arema merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial. Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.

Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata. Menurut Nico, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” kata Nico. (kmb/balipost)

BAGIKAN