JAKARTA, BALIPOST.com – Dari 129 korban tewas akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam, terdapat belasan orang masih anak-anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat sedikitnya ada 17 anak yang meninggal.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KPPPA, Nahar dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (2/10) mengatakan selain korban anak yang tewas, terdapat setidaknya tujuh anak mengalami luka-luka. Ia mengimbau keluarga yang kehilangan anak-anaknya dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan melapor.
“Diimbau yang kehilangan anggota keluarganya, termasuk anak-anak yang menonton atau ada di sekitar tempat kejadian agar melapor dan menginformasikan data anak atau keluarganya yang hilang,” katanya.
Menurut dia, ada beberapa anak yang menjadi korban insiden berdarah itu, belum diketahui identitasnya. “Data yang masuk, 17 anak meninggal dan tujuh dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah,” kata Nahar.
Anak-anak yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut kebanyakan berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun. Pihaknya bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kota Malang masih terus memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang memerlukan perawatan fisik dan psikis lanjutan.
“Kami terus memastikan data berapa anak yang meninggal, yang luka dan perlu perawatan fisik dan psikis lanjutan,” katanya.
Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi berdarah usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam. Kericuhan terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya. Ribuan Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.
Kekalahan itu merupakan yang pertama bagi Arema FC sejak 23 tahun terakhir. (kmb/balipost)