Warga mengevakuasi wisatawan menggunakan ruber boat saat banjir di Legian, Badung, Sabtu (8/10). Sejumlah titik di kawasan ini terendam air saat hujan lebat mengguyur. (BP/eka)

JAKARTA, BALIPOST.com – Potensi cuaca ekstrem di Bali masih akan terjadi hingga sepekan ke depan. Hal ini berdasarkan analisis terkini yang dikeluarkan BMKG.

Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Bali. Dalam siaran persnya, Sabtu (8/10) malam, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menjelaskan hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan.

Kemudian aktifnya fenomena gelombang atmosfer, seperti MJO (Madden Jullian Oscillation) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin juga secara tidak langsung meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprediksikan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode 9-15 Oktober 2022 terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Yaitu, Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Baca juga:  Cuaca Ekstrem, Tiga Kecamatan di Bangli Dilanda Bencana

Sementara itu, untuk periode 3 hari ke depan (8-10 Oktober 2022), berdasarkan Prakiraan Berbasis Dampak, wilayah berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga perlu diwaspadai di sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Banten, sebagian wilayah DKI Jakarta, sebagian wilayah Jawa Barat, sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah Kalimantan Barat, dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah.

Sedangkan potensi pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) di wilayah udara Indonesia pada tanggan 08-14 Oktober 2022, yaitu Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL/Occasional) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatra, Sebagian kecil Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua, Sebagian besar Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut anda, Laut Aru, Samudra Pasifik Utara Pulau Papua. Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ / Frequent) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan.

Baca juga:  Warga Wilayah Status Siaga Diminta Lakukan Evakuasi

Dwikorita Karnawati, mengungkapkan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada 8-14 Oktober 2022 juga akan terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Dimana, kategori tinggi gelombang 2,5-4,0 m terjadi di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat P. Simeulue hingga Kep. Mentawai, Perairan P. Enggano-Bengkulu, Perairan barat Lampung, Samudera Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Perairan selatan Bali hingga P. Sumba, Samudera Hindia selatan Banten hingga P. Sumba, Laut Natuna.

Baca juga:  Gempa Guncang Kuta Dini Hari

Oleh karena itu, pihak-pihak terkait diharapkan melakukan persiapan. Antara lain, memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.

Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi). Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. (Winatha/balipost)

BAGIKAN