Lutfi Abdilah. (BP/Istimewa)

Oleh Lutfi Abdilah

Kompor induksi atau kompor listrik  merupakan kompor yang menggunakan tenaga listrik sebagai pembangkit panas. Tentunya panas yang dihasilkan melalui proses induksi. Kedua jenis kompor diatas memiliki keunggulan masing-masing.

Namun jika dilihat dari sisi perkembangan teknologi yang terus menawarkan kemudahan pastinya kompor induksi jauh lebih mudah dan praktis. Pertanyaan besarnya apakah saat ini masyarakat Indonesia sudah siap beralih dari kompor gas menjadi kompor induksi. Karena perubahan semacam ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu upaya dan sinergitas berbagai pihak agar proses peralihan atau konversi ini berjalan dengan baik.

Sebenarnya program konversi ini bukanlah program konversi pertama. Sebelumnya pemerintah pernah melaksanakan program konversi minyak tanah menjadi LPG pada tahun 2007. Meski awalnya banyak yang menyangsikan peralihan program kompor minyak ke kompor gas akan berhasil, konversi minyak tanah ke LPG menjadi fenomena penting program konversi energi di Indonesia. Konsumsi minyak tanah sebelum dilakukan konversi mencapai kisaran 12 juta Kilo Liter setiap tahun. Ketika itu, besaran subsidi mencapai sekitar Rp 25 triliun. Angka ini berubah sesuai dengan basis asumsi harga minyak mentah dunia maupun volume. Dari jumlah volume sebesar itu profil pengguna minyak tanah adalah sekitar 10 persen golongan sangat miskin, 10 persen golongan miskin, 50 persen golongan menengah dan 20 persen golongan mampu.

Baca juga:  Memacu Pertumbuhan Ekonomi Bali

Adapun stimulus yang diberikan pemerintah untuk memuluskan program konversi saat itu dengan membagikan sejumlah paket perdana secara gratis kepada para keluarga miskin yang terdiri kompor LPG dan asesoris serta tabung LPG 3 Kg.Sejak mulai dilaksanakan tahun 2007 hingga menjelang akhir 2010 telah dibagikan paket perdana sebanyak 44.675.000 ke seluruh wilayah Indonesia dan sebanyak 3.793.000 Metrik Ton LPG telah dikonsumsi masyarakat. Badan Pusat Statistik mencatat minyak tanah yang ditarik saat itu mencapai 11.317.000 KL dan penghematan yang berhasil dilakukan mencapai sebesar Rp 19,34 triliun.

Pertengahan tahun 2022 pemerintah menggandeng PLN untuk melaksanakan program konversi kembali. Program konversi era pemerintahan Jokowi saat ini yaitu peralihan penggunanan kompor gas LPG 3 kg menjadi kompor induksi atau listrik. Bali dan Solo terpilih menjadi pilot project program konversi ini. Sebanyak 2.000 paket kompor induksi sudah dibagikan kepada masyarakat. Bahka Dirut PLN menargetkan penggunaan kompor induksi atau kompor listrik di tahun 2024 mencapai 8,5 juta. Pengguna kompor listrik akan semakin bertambah pada tahun 2030 mencapai 18,2 juta rumah tangga.

Baca juga:  Gunakan Kompor Induksi, Warga Densel Makin Irit Bayar Tagihan Listrik

Program ini tentunya bukan tanpa alasan. Jika program ini  berhasil digadang-gadang bisa menyelesaikan 3 permasalahan sekaligus yang di hadapi pemerintah saat ini. Subsidi LPG 3 kg yang membebani APBN, ketergantungan impor gas dan oversupply energi listrik PLN. Mengacu catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), subsidi LPG tabung 3 kg selama Januari-Maret 2022 telah mencapai Rp 21,6 triliun, naik dua kali lipat dari Rp 10,2 triliun pada periode yang sama 2021 lalu. Belum lagi fakta terjadi perubahan konsumsi pada masyarakat dari LPG nonsubsidi menuju LPG 3 kilogram (Bersubsidi). Di mana kelompok masyarakat yang mampu lebih banyak menikmati LPG 3 kilogram. Selain itu menurut Badan Pusat Statisik sejak tahun 2020 penyediaan LPG di Indonesia 80% itu berasal dari impor. Tercatat impor LPG mencapai 6,4 juta ton dari total kebutuhan 8,02 juta ton. Bisa dibayangkan berapa potensi penghematan dan implikasi masalah yang bisa diselesaikan dengan program konversi ini.

Namun sayangnya tanggal 23 September 2022, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) bersama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melakukan konfrensi pers dan mengumumkan adanya penundaan program konversi kompor LPG ke kompor induksi atau listrik pada tahun 2022 ini. Sejalan dengan itu tanggal 27 September Dirut PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan dengan alasan memberikan kenyamanan di tengah masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal.

Baca juga:  Pandemi, Inflasi, dan Daya Beli

Berkaca dari keberhasilan pemerintah dalam program konversi minyak tanah menjadi LPG harapannya terntunya diperlukan tekad yang sama kuatnya dari pemerintah saat ini agar program konversi kompor gas LPG menjadi kompor induksi atau listrik ini berhasil. Dinamika yang terus berkembang terkait pro kontra yang terjadi perlu disikapi berimbang oleh pemerintah.

Bisa jadi penundaan saat ini tepat berkaitan dampak pandemi covid 19 yang masih dirasakan masyarakat. Namun tetap diperlukan ketegasan pemerintah untuk tetap melanjutkan program konversi tersebut entah kapanpun saatnya demi keberlangsungan pemerintahan yang sehat.

Pemerintahan yang memiliki APBN yang sehat terbuka lebar potensi untuk menyejahterakan rakyatnya. Mengutip apa yang disampaikan guru besar FEUI, Rhenald Kasali, perubahan memang belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik. Akan tetapi, tanpa perubahan, tak akan ada pembaruan, tak akan ada kemajuan. Salam sehat, pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.

Penulis, Kepala Unit ULP PLN Karangasem

BAGIKAN