DENPASAR, BALIPOST.com – Banjir di SDN 11 yang lokasinya di Perumahan Bhuana Permai, Padangsambian sudah menjadi langganan. Setiap musim hujan tiba, sekolah dan juga perumahan di sekelilingnya selalu tergenang banjir.
Pada Selasa (18/10), sekolah yang memiliki 600 lebih orang siswa ini kembali terendam. Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara saat ke sekolah tersebut, Rabu (19/10), mengaku harus memutar otak untuk mengatasi permasalahan banjir ini.
Pasalnya sekolah dikelilingi oleh sungai berbentuk huruf U dan permukiman penduduk yang padat di sekitar sekolah. Selain itu, letak sekolah berada di posisi paling rendah. Perumahan yang berada di sekelilingnya berada di posisi yang lebih tinggi.
Karena itu, Pemkot Denpasar langsung merancang penanggulangan jangka pendek. Salah satunya, yakni mengoptimalkan saluran air yang mengelilingi areal sekolah itu.
Turut serta dalam peninjauan sekolah tersebut, yakni Kadisdikpora A.A. Gede Wiratama, Kadis PUPR A.A. Bagus Airawata serta OPD terkait.
Salah seorang guru setempat yang bertugas sejak tahun 1994 di sekolah ini, Ni Made Puspawati menuturkan banjir ini baru terjadi di atas 2015-an. Dan banjir terparah terjadi pada 2018 lalu hingga setinggi orang dewasa dan menghanyutkan kursi-kursi siswa.
“Dulu tidak ada karena alur sungai lebar dan masih ada tegalan sehingga air ke sana. Sekarang dengan sesaknya pemukiman di pinggir sungai air tak bisa ke mana sehingga masuk ke sekolah dan beberapa rumah warga juga terendam,” kata Puspawati.
Di sekolah ini terdapat 19 ruang kelas dan 4 di antaranya menjadi langganan terendam banjir. Melihat kondisi di lapangan, Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara pun mengaku agak sedikit sulit menangani kawasan ini.
“Pertama kondisi sekolah yang dikelilingi sungai seperti ular, dan kedua ada pertemuan dua alur sungai di sini. Selain itu, kondisi sekolahnya lebih rendah sehingga jadi penampungan air,” katanya.
Namun dalam jangka pendek ini pihaknya mengaku akan memaksimalkan alur sungai dengan melakukan pengerukan. PUPR juga diminta untuk menormalisasi alur sungai di belakang sekolah tersebut.
Selain itu, juga akan dilakukan pembuatan biopori atau pun sumur resapan dalam ukuran besar untuk peresapan air. “Kami berencana melakukan penembokan lebih tinggi juga, tapi yang jadi masalah air juga tinggi masuk lewat pintu sekolah, jadi kalau tembok ditinggikan malah air akan menggenang di halaman sekolah,” katanya.
Ada juga opsi untuk meninggikan halaman sekolah, namun pihaknya masih mempertimbangkan rumah penduduk sekitar yang pasti akan berdampak jika banjir terjadi lagi.
Sementara itu, Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan Kota Denpasar, I Nyoman Suriawan mengatakan beberapa sekolah yang rawan kebanjiran di Denpasar adalah sekolah yang berada dekat dengan sungai. Beberapa sekolah yang rawan banjir yakni SDN 21 Dauh Puri, SDN 6 Panjer, SDN 3 Panjer, SDN 11 Padangsambian, serta SDN 21 Pemecutan. (Asmara Putera/balipost)