TABANAN, BALIPOST.com – Sembilan pura di wilayah Banjar Ganter dan Banjar Tapesan, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, serta tiga infrastruktur berupa jembatan dan bendungan, hanyut tersapu arus Tukad Yeh Sungi pada Senin (17/10) lalu. Tak hanya palinggih, arca dan benda-benda sakral di pura juga ikut hanyut terbawa banjir bandang.
Dari pantauan di lokasi, Rabu (19/10), tampak warga setempat membersihkan puing-puing di areal pura. Hampir seluruh palinggih maupun bangunan di sembilan pura tersebut terhanyut dan hanya menyisakan pondasi. Perbekel Abiantuwung, Gusti Agung Ngurah Bayu Pramana menjelaskan, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Senin tersebut juga membawa dampak kerusakan cukup berat di wilayahnya.
Menurutnya, kerusakan sembilan pura tersebut sangat parah. Pura Campuhan yang berlokasi di Banjar Ganter empat palinggihnya, panyengker serta bangunan sambyangan hanyut.
Menariknya, dengan ketinggian air sekitar 10 meter dari permukaan sungai dan masuk hingga areal pura, hanya palinggih Ganesa yang masih tetap utuh. Selanjutnya, Pura Beji Taman Ganter, yang bangunan sambyangan dan panyengkernya juga hanyut. Sementara, palinggih masih tetap aman.
Kemudian, Pura Empelan Sidi Karya, di Banjar Tapesan, bale pewaregan dan panyengkernya hanyut. Lalu, Pura Buke di Banjar Tapesan, palinggih dan panyengker serta sambyangan rusak dan kini dalam posisi miring (nyerendeng).
Kerusakan juga terjadi di Pura Beten Jepun di Banjar Tapesan. Bangunan sambyangan, panyengker dan palinggihnya semua hanyut tak bersisa dan hanya menyisakan pondasi pura.
Selanjutnya, di Pura Anyar atau Pura Luhur di Banjar Tapesan, panyengker, sembilan palinggih serta sambyangan hanyut terbawa arus sungai. “Di Pura Anyar ini hanya tinggal apit curang, bale gong dan pewaregen saja yang tersisa,” ucapnya.
Kemudian, Pura Beji Sudamala di banjar Suralaga yang bangunan sambyangan dan panyengker kini juga dalam posisi miring. Lalu, Pura Beji Beten Waru di Banjar Pasekan, bagian panyengkernya hanyut. Terakhir, Pura Guru Beten Kangin yang lokasinya bersebelahan dengan Pura Beji Beten Waru, bangunan sambyangan, palinggih dan penyengker dalam posisi miring.
Tak hanya sembilan pura, luapan Tukad Yeh Sungi dan kuatnya tekanan air juga mengakibatkan tiga infrastruktur hancur. Seperti jembatan penghubung Banjar Yang Api dengan Banjar Tapesan dengan panjang 23 meter dan lebar 1,5 meter. Jembatan ini merupakan jalur alternatif yang hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua saja untuk penghubung ke Badung maupun Tabanan.
“Jembatan ini jalan akses ekonomi masyarakat untuk membawa hasil pertanian, dan akses menuju SMPN 5 Kediri. Karena rusak, terpaksa masyarakat harus putar arah melewati jalur utama dengan jarak sekitar 5 kilometer,” jelasnya.
Selanjutnya, jembatan penghubung Banjar Suralaga dan Banjar Ganter, dengan panjang sekitar 20 meter dan lebar 3 meter dalam kondisi putus tergerus air bah. Kemudian, bendungan Dam Yeh Mundeh, di Banjar Tapesan hancur dan berdampak pada saluran irigasi Subak Mundeh yang diprediksi akan mati total satu tahunan jika tidak segera diperbaiki. “Lokasi persawahan yang dialiri ini ada di Desa Nyambu. Kondisi dam jebol dan saluran irigasi tertimbun material longsor,” ucapnya.
Ada pula sejumlah kerusakan bangunan pribadi seperti tembok rumah warga di Banjar Yang Api dan kandang babi warga yang tergerus. “Ada 2 rumah yang hancur bagian tembok rumah,” jelasnya.
Untuk total kerugian dampak bencana alam di Desa Abiantuwung, Agung Bayu Pramana mengatakan, hal ini harus dilihat dari sisi kerugian fisik dan nonfisik (upacara dan banten). Dari segi fisik, tergantung kerusakan pura. Namun jika ditotal keseluruhan termasuk infrastruktur yang hancur di kisaran miliaran rupiah.
Terkait penanganan pura, akan ada koordinasi seperti yang ada di Banjar Ganter karena desa adatnya masuk wilayah Mengwi, Badung dan desa dinasnya di Kabupaten Tabanan. Kemudian yang di Banjar Tapesan, itu adat ke Kelaci Kaja, Marga Tabanan dan dinasnya di Desa Abiantuwung, Kediri. (Puspawati/balipost)