Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.39 September 2022 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat (21/10/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Puluhan negara telah mengajukan permintaan bantuan keuangan dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). “Ini merupakan informasi di dalam pertemuan tahunan IMF yang baru saja selesai di Washington D.C, Amerika Serikat,” ucap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.39 September 2022 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat (21/10).

Diungkapkannya, ada 28 negara mengajukan bantuan keuangan seiring dengan fenomena terjadinya perlambatan ekonomi secara global. Bahkan, diperkirakan terjadi resesi ringan di 2023.

Baca juga:  68 Kru "Diamond Princess" Dinyatakan Negatif COVID-19, Dibolehkan Pulang

Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia mengungkapkan dunia saat ini menghadapi suatu ketidakpastian yang sangat tinggi atau biasa disebut VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity), yang tentunya akan menyebabkan tekanan tidak hanya pada negara maju tetapi negara berkembang.

Bahkan jika dilihat lebih lanjut episentrum dari terjadinya gejolak VUCA saat ini adalah di negara maju, seperti di Amerika Serikat dimana mereka menghadapi tekanan inflasi yang tinggi dan kemudian direspons dengan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan yang sangat agresif.

Baca juga:  Melesat, Volume Transaksi Cash Management di QLola by BRI Capai Rp6.788 Triliun

Langkah moneter tersebut pada akhirnya memberikan tekanan, bukan hanya untuk Amerika, tetapi juga untuk negara maju di sekitarnya dan negara-negara pasar berkembang seperti Indonesia.

Menurut Destry, kondisi ketidakpastian tersebut kemudian makin diperparah dengan meningkatnya tensi geopolitik yang akhirnya menyebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina. “Lalu ada juga fenomena heatwave di berbagai negara, kebijakan proteksionisme masing-masing negara, dan tambahan adanya kebijakan Zero-COVID di Tiongkok yang akhirnya membuat ekonomi negeri itu juga tertahan pertumbuhannya,” tuturnya.

Baca juga:  Kemenkes Kebut Vaksinasi COVID-19 Booster Kedua

Maka dari itu, dirinya menekankan Indonesia harus tetap mewaspadai beragam tekanan global yang sedang terjadi dan tetap berhati-hati. (kmb/balipost)

BAGIKAN