Gde Herry Sugiarto Asana. (BP/Istimewa)

Oleh Gde Herry Sugiarto Asana

Pada 1784 revolusi industri pertama dimulai dengan penemuan mesin uap, berlanjut ke 1870 sebagai awal penggunaan mesin produksi massal, di 1969 dimulainya penggunaan teknologi informasi, dan kita telah sampai pada revolusi ke empat yang mulai mengintegrasikan internet of things dalam berbagai industri.

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan hadirnya robot pintar, kecerdasan buatan, cloud computing, hingga sistem big data untuk membantu pekerjaan manusia. Tanda yang paling terasa pada era baru ini adalah hadirnya disruptive technology yang meruntuhkan beberapa perusahaan raksasa dunia yang telah bertahan selama bertahun-tahun.

Sekarang ukuran perusahaan bukan jaminan bagi keberlangsungan perusahaan. Besar atau kecil perusahaan sudah tidak didasarkan pada ukuran gedung ataupun jumlah karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut. ‘Kelincahan’ merupakan satuan ukur baru untuk menilai besar atau kecilnya perusahaan.

Baca juga:  Quipper Inisiasi Pemerataan Pendidikan Berbasis Teknologi

Lalu apa yang dihasilkan era baru ini? Tentu efektivitas dan efisiensi di berbagai industri. Revolusi ini akan menghadirkan Super Smart Society yang ingin mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik dengan karakteristik utama melakukan kegiatan berbasis pada teknologi dan berpusat pada kegiatan manusia.

Perkembangan tersebut akan mengubah wajah akuntansi dengan hadirnya banyak aset yang berupa teknologi, virtual office, hingga perubahan pola pendistribusian produk. Era baru ini tentu memberikan peluang dan ancaman bagi profesi akuntan.

Baca juga:  TI sebagai Jangkar Kemajuan Lembaga Komunitas Adat

Ancaman seperti tergantikannya pekerjaan akuntan dengan teknologi otomatisasi tentu menakutkan. Namun harus diingat revolusi ini juga membutuhkan investasi yang mahal. Peluang untuk profesi akuntan pun akan muncul, seperti hadirnya peluang bisnis dan pekerjaan baru
yang sebelumnya belum pernah ada.

Profesi akuntan tidak lagi mengenai apakah mengerti tentang laporan keuangan atau mampu membuat laporan keuangan. Tetapi harus mampu menganalisis data untuk diinformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntansi di masa depan akan bergantung pada data berbasis cloud, big data, akuntan akan ‘mobile’, dan berubah radikal.

Nantinya akuntan harus mampu mengidentifikasi pertanyaan atas data-data yang tersaji, analisis statistik harus dikuasai, kualitas penyajian data harus dijaga,
dan tentu harus mampu menginterpretasikannya. Yang akan dilakukan seorang akuntan sukses di era revolusi ini adalah mampu menyediakan informasi bagi klien untuk dapat mengakses data akuntansi melalui smartphone, tablet, dan perangkat lainnya.

Baca juga:  Memberdayakan Emak-emak Melalui Literasi

Kedua, mampu mengelola dan mengintegrasikan data korporasi dengan internet. Ketiga, akuntan harus mampu
mengukur biaya dan manfaat dari penyediaan teknologi. Terakhir, akuntan juga harus memahami teknologi.

Perkembangan teknologi yang baru nantinya akan menciptakan new equilibrium. Profesi akuntan pun akan berevolusi sebagai penasihat bisnis, spesialis keuangan,
partner bisnis, hingga perancang sistem dan aplikasi.

Penulis, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi Angkatan ke-2, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Udayana.

BAGIKAN