Sejumlah pecalang diberikan pengarahan. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pelaksanaan puncak KTT G20 di Bali tinggal menghitung hari, yakni pada 15-16 November 2022. Terkait hal itu, kondusivitas wilayah, terutama di kawasan pintu masuk Bali, menjadi hal utama demi menjaga nama baik Bali maupun Indonesia pada
umumnya.

Untuk di wilayah Desa Adat Tuban yang menjadi desa penyangga pintu masuk Bali, yakni Bandara Ngurah Rai, tentu berkaitan dengan keamanan wilayah menjadi hal penting. Bahkan, untuk pengamanan wilayah, pihak Desa Adat Tuban akan turun penuh melibatkan ratusan pecalang setempat.

Menurut Bendesa Adat Tuban I Wayan Mendra, untuk
di wilayah Desa Adat Tuban, patroli pengamanan wilayah, telah dilakukan sejak jauh hari sebelumnya untuk ikut menyukseskan pelaksanaan G20 di Bali. Bahkan pecalang yang diturunkan rutin melakukan patroli 1×24 jam, setiap hari.

Baca juga:  Korupsi Tanah Tahura, Sidang Digelar di Area Gedung Sinarmas

Meski demikian, dari patroli yang rutin dilakukan memang untuk di wilayah Tuban, keamanan dan ketertiban sangat kondusif. “Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Desa Adat Tuban telah memperkuat sistem keamanan dengan melakukan peningkatan patroli keamanan, dengan melibatkan pecalang terpadu yang dilakukan 1×24 jam penuh, setiap hari,” katanya, Kamis (27/10).

Sementara itu, untuk menindaklanjuti SE Gubernur Bali berkaitan dengan pembatasan aktivitas masyarakat selama KTT G20 berlangsung, pihaknya mengaku telah siap menerapkannya. Untuk kegiatan sosial keagaman kata dia, memang perlu di-reschedule.

Baca juga:  Desa Adat Batumulapan “Pasupati” Awig-awig

Apabila harus dilakukan pada rentang tanggal 12-17 November, diharapkan pihak yang menggelar kegiatan adat ini, agar tidak melibatkan krama yang banyak. “Kami di desa adat, bersama jajaran pecalang terpadu, sudah siapa membantu mengamankan SE ini,” ucapnya.

Dirinya mengatakan masyarakat Tuban sudah sangat
siap untuk menyambut event akbar ini. Pasalnya, kata Mendra, untuk di Desa Adat Tuban masyarakatnya sebenarnya telah terbiasa menyambut event berskala dunia.

Untuk kegiatan KTT, juga telah sering digelar di Bali sejak tahun 70-an. Terkait patroli, memang merupakan rutinitas desa.

Baca juga:  Mutasi Besar-besaran Akhir Tahun, Sejumlah Pejabat Utama Polda Bali Diganti

Namun, dalam pelaksanaanya nanti pihak Desa Adat akan
melibatkan kekuatan penuh dengan total 111 personnel.
Dalam tugas setiap harinya mereka akan dikerahkan sebanyak 40 personel setiap hari.

Bahkan bila ada kegiatan adat yang membutuhkan tambahan, akan diturunkan sebanyak 70 pecalang. Termasuk juga menurunkan petugas Jagabaya. “Pada hari H KTT G20, kami akan menurunkan kekuatan penuh Pecalang. Apabila masih dibutuhkan, kami akan menurunkan puluhan Satgas Lingkungan. Karena di Tuban kami memiliki 14 Pos kamling, yang memiliki satgas lingkungan,” bebernya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN