DENPASAR, BALIPOST.com – Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung memang sudah seharusnya dilakukan. Namun penutupan total sepertinya akan membuat sampah terutama di kawasan Denpasar dan Badung akan membludak tidak tertangani. Kemampuan sejumlah TPS3R dan TPST yang digadang-gadang sebagai pengganti TPA Suwung diragukan atasi tuntas masalah sampah.
Sejak beberapa hari lalu, di depan rumah dan tempat usaha di Kota Denpasar nampak sampah menumpuk tidak terangkut. Menurut salah seorang pengangkut sampah swakelola, terjadi kelambatan pengambilan sampah di tempat pembuangan sementara untuk dibawa ke TPA Suwung oleh armada DLHK.
Kondisi di TPA Suwung juga memang krodit. Truk pengangkut sampah harus antre berjam-jam karena jalan yang becek akibat hujan. “Truk sampah tidak bisa naik di jalan yang terjal karena becek. Jadi setiap truk
harus didorong dengan alat berat,” kata salah seorang pengemudi truk sampah.
Hingga saat ini, Denpasar dan juga Badung masih mengandalkan TPA Suwung sebagai penyelesaian soal sampah. Ketika truk harus mengantre lama di TPA Suwung, otomatis sampah akan menumpuk di masing-masing rumah dan tempat usaha terutama yang berada di ruas jalan utama.
Kondisi yang membuat pemandangan tidak sedap. Dapat dibayangkan apa jadinya jika TPA Suwung benar-benar ditutup.
Dr. I Made Sudharma akademisi Unud yang banyak melakukan kajian soal pengelolaan sampah menilai pembangunan TPS3R dan TPST sebagai solusi saat ditutupnya TPA Suwung belum menjadi jaminan. “Kapasitas dari TPS3R dan TPST yang dibangun tidak
memadai dibandingkan dengan volume sampah yang ada,” katanya saat ditemui Bali Post beberapa waktu lalu.
Selain itu, teknologi yang digunakan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) juga belum jelas. “Teknologi
pengolahan sampah di TPST menurut saya juga belum jelas,” ujarnya.
Ketidakmampuan TPS3R dapat dinilai dari kapasitas pengolahannya. Kapasitas TPS3R yang sedang dibangun di salah satu kelurahan Denpasar Utara misalnya, hanya mampu mengolah 8 Moci (kendaraan angkut sampah) per hari. Sementara di kelurahan tersebut, per hari menghasilkan hampir 15 moci sampah. Kemana sisa hampir 7 moci sampah yang tidak mampu dikelola TPS3R di kelurahan tersebut? (Nyoman Winata/balipost)