Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Relevansi G20 Dengan Semangat Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung Coffee 63 Denpasar, Rabu (2/11). (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Puncak pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 “Recover Together, Recover Stronger” yang digelar di Nusa Dua, Bali tinggal menghitung beberapa hari lagi. Berbagai persiapan telah dilakukan dengan matang oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Bali selaku tuan rumah penyelenggaraan Presidensi G20.

Bagi Bali, kesuksesan pelaksanaan KTT G20 merupakan harga mati untuk menjaga harkat dan martabat Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia. Apalagi isu Presidensi G20, Indonesia telah menetapkan tiga isu prioritas, yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi.

Isu ini sejalan dengan program pembangunan Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali, Tjok. Oka Artha Ardana Sukawati dengan visinya “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”.

Ketua LSM Bli Braya, Dr. Sukawati Lanang P. Perbawa, SH.,MH., mengatakan khusus bagi Bali penyelenggaraan KTT G20 sangat penting, terutama bagaimana membangkitkan perekonomian Bali pascapandemi COVID-19. Sebab, pertemuan ini akan membahas berbagai isu. Mulai dari kesehatan, lingkungan, dan ekonomi.

Apalagi, penyelenggaraan KTT G20 ini berlandaskan pada nilai-nilai keharmonisasian antara alam dan lingkungan. Sehingga, diharapkan pemikiran-pemikiran dunia yang dihasilkan dalam menentukan kebijakan berbasis pada keharmonisasian alam dan lingkungan.

Baca juga:  Desa Adat Cengkilung Optimalkan Potensi Desa

Dengan demikian, dikatakan bahwa KTT G20 ini sangat terkait dan relevan dengan visi pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, yaitu “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru yang sedang dikembangkan untuk menjaga keharmonisan alam, manusia, dan budaya Bali berdasarkan nilai – nilai kearifan lokal Sad Kerthi. Yaitu, enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang meliputi Atma Kerthi, Segara Kerthi, Danau Kerthi, Wana Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat Kerthi.

Menurutnya, meskipun konsep visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” ini bersifat lokal, namun maknanya mencakup Nusantara menuju global. Sebab, prinsip-prinsip terhadap mengembalikan pembangunan ke alam semesta berdasarkan konsep Sad Kerthi sangat penting bagi global, Nusantara, dan Bali sebelum mengembalikan pemulihan ekonomi.

“Jadi kita harapkan masyarakat Bali bisa memaknai dari persoalan-persoalan ini, dan ikut  berkontribusi berkaitan dengan G20 ini. Paling tidak dengan konsep yang luar biasa ini (Nangun Sat Kerthi Loka Bali, red) yang diinisiasi Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster, keharmonisan-keharmonisan alam dan lingkungan di dunia bisa terwujud dalam pembahasan G20 nanti, sehingga pemulihan ekonomi sesuai temanya “Recover Together, Recover Stronger” bisa tercapai,” tandas Lanang Perbawa dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Relevansi G20 Dengan Semangat Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung Coffee 63 Denpasar, Rabu (2/11).

Baca juga:  LPD Desa Adat Berangbang Berkembang Berkat Partisipasi Krama

Pakar Hukum Unmas Denpasar, Dr. Wayan Gde Wiryawan, SH., MH., mengatakan bahwa event penyelenggaraan KTT G20 benar-benar menjadikan Bali sebagai satu daerah yang menjadi pusat perhatian dunia. Terpilihnya Bali menjadi tuan rumah event ini tidak terlepas dari perspektif holistik.

Bali sebagai salah satu daerah yang diberikan kelebihan tatanan kearifan lokal yang luar biasa, telah mampu melindungi dan meletarikan kearifan lokal tersebut. Hal ini terbukti dengan dibentuknya Lembaga Desa Adat yang menjadi salah satu tameng menjaga taksu Bali.

Di samping juga telah diterbitkan berbagai regulasi/kebijakan dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub) dan Peraturan Daerah (Perda) untuk melindungi dan melestarikan kearifan lokal Bali tersebut. Menurutnya, kebijakan yang dibuat Gubernur Koster ini telah mampu memberdayakan dan membuat masyarakat Bali mandiri.

Baca juga:  Senderan Hotel Ambruk, Pekerja Bangunan Tewas Tertimbun

Sementara itu, Kaprodi MP2WL Unmas Denpasar, Dr. Eng. Putu Edi Yastika, S.Si.,M.Eng.,M.Si., mengatakan bahwa event KTT G20 menjadi momen Bali untuk berbenah dari segi infrastruktur. Sebab, semua mata dunia akan fokus pada Bali pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

Sehingga, pembangunan pendukung KTT G20 harus benar-benar menunjukkan kualitas yang baik di mata para delegasi dunia. Menurutnya, dengan kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Koster yang berlandaskan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, semua pembangunan infrastruktur di Bali telah dibangun dengan memperhatikan konsep fisik, lingkungan alam, dan budaya Bali.

“Ini artinya, visi Gubernur Bali ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ itu saya cermati dan amati telah sangat komprehensif, dilihat dari segi lingkungan yang diawali dengan Atma Kerthi, Segara Kerthi, Danau Kerthi, Wana Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat Kerthi. Sehingga masyarakat Bali sangat mendukung adanya KTT G20, karena pembangunan-pembangunan pendukung tidak saja digunakan untuk KTT G20, tetapi manfaatnya dirasakan oleh masyarakat secara langsung,” tandasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN