Kebakaran di Pelinggih Utama Meru Tumpang Tiga Pura Uluwatu, Badung pada Selasa (8/11) malam. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com -Terbakarnya Pelinggih Utama Meru Tumpang Tiga yang ada di Pura Uluwatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung membawa duka secara sekala dan niskala bagi Umat Hindu. Terutama pengempon pura tersebut.

Apalagi, kejadiannya terjadi tepat pada Rahina Purnama Kelima. Bahkan, bertepatan dengan terjadinya fenomena gerhana bulan total atau blood moon. Tentu kejadian ini memiliki makna tersendiri bagi umat Hindu di Bali.

Menurut Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Geria Agung Sukawati, Gianyar, jika ada kebakaran apalagi di suatu pura pada hari purnama menandakan tanda tidak baik. Sebab, secara filosofis bermakna “kagni baya rogha sanghara”, yaitu kebakaran yang mengakibatkan tanda timbul penyakit dan marabahaya lainnya.

Baca juga:  50 Anak-anak Pentaskan Gambuh Khas Budakeling

Untuk itu, kebakaran yang menimpa Pelinggih Utama Meru Tumpang Tiga di Pura Uluwatu disarankan agar segera dinetralisir dengan “aci meguru piduka” terlebih dulu. Upacara ini berkmakna “nunas ampura” jika ada kesalahan/dosa yang sengaja maupun tidak sengaja yang pernah dilakukan.

Setelah itu, dilanjutkan dengan upacara “caru alit”. Upacara ini harus segera dilakukan, karena tidak boleh lewat dari satu minggu dari awal terjadinya kagni baya itu.

Baca juga:  Harga Bunga Gumitir Tembus Rp 40 Ribu

Selanjutkan ada upacara yang lebih besar sesuai dengan kemampuan sesuai dengan petunjuk sastra agama atau Teks Widhi Sastra Rhoga Senghara Bhumi dan teks pendukung lainnya. “Musibah itu datang kita tidak pernah mengetahuinya, tapi kita semestinya sadar dimana letak kesalahan kita tentunya kita tidak pernah menyadari. Semoga deng adanya musibah ini mengingatkan kita untuk terus adil memberikan forsi yang sama dalam kita melangkah. Keadilan yang diutamakan agar kita tidak ada kebakaran dan marabahaya lainnya,” ujar Ida Pandita, Rabu (9/11).

Baca juga:  Ini, Si Kecil yang Jadi Sampah Berbahaya Jika Dibuang Sembarangan

Oleh karena itu, Ida Pandita mengajak seluruh umat Hindu agar mendoakan Bali ini tetap ajeg dan damai. Sehingga, dijauhkan dari kemalangan dan terus bisa “bersinar” vibrasinya di seantero jagat raya “bhumi kepetak” ini. (Winatha/balipost)

BAGIKAN