DENPASAR, BALIPOST.com – Diresmikannya Gedung VVIP Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai oleh Presiden RI, Joko Widodo didampingi Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dan Gubernur Bali, Wayan Koster pada Rabu (9/11) mendapatkan sambutan positif. Tanggapan datang dari kalangan arsitek Bali, pelaku pariwisata dan seniman karena Gedung VVIP ini memiliki konsep Wantilan dan berarsitektur Bali.
Nuansa seni dan budaya Bali sangat tampak di Gedung VVIP yang bertuliskan Aksara Bali dengan nama ‘Kreta Bhawana Sanggraha’, yang bermakna tempat persinggahan pemimpin dunia, dan kini telah dimanfaatkan sebagai tempat penyambutan kedatangan Kepala Negara dan Delegasi Presidensi G20.
Menurut Dosen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Dr.Eng. Ir. I Wayan Kastawan, ST.,MA., bahwa Gedung VVIP “Kreta Bhawana Sanggraha” dapat diwujudkan setelah pemerintah memberikan kepercayaan untuk mendesain pembangunan monumental di era kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster. Desain Gedung VVIP Bandara yang berlokasi di Desa Adat Tuban tersebut, kata Wayan Kastawan telah mengambil ide besar dari tema Presidensi G20, yaitu ‘Recover Together, Recover Stronger’.
“Tema Presidensi G20 memiliki nilai sosialnya, sehingga saya mentransformasikan nilai-nilai sosial dalam tema Presidensi G20 tersebut ke dalam bentuk bangunan yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai arsitekur Bali, salah satunya bernama wantilan,” ujar Arsitek ternama dari Bali ini.
Kastawan menjelaskan, wantilan memiliki fungsi untuk tempat berkumpulnya masyarakat adat Bali dalam kegiatan sangkep (rapat). “Dari sanalah, saya mendesain Gedung VVIP Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dengan gaya wantilan. Saya harap, ketika kepala negara yang tergabung dalam G20 turun dari pesawat, Gedung VVIP ‘Kreta Bhawana Sanggraha’ sudah mengarahkan pandangan seseorang tentang kebesaran negara, karena gedung monumental berwarna putih ini menampilkan keunikan budaya Bali yang dapat kita lihat dari bentuk pintu berkarakter tradisional Bali sebagai perwujudan bahwa orang Bali memiliki keunggulan dibidang seni ukir dan seni patung,” ujar Wayan Kastawan.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dan Gubernur Bali, Wayan Koster yang telah memberikan arsitek asli Bali ruang untuk mensukseskan Presidensi G20.
Sementara, Chairwoman of Bali Hotels Association (BHA), Fransiska Handoko menyambut baik dan turut berbangga atas diresmikannya Gedung VVIP “Kreta Bhawana Sanggraha” di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Karena kalau dinilai secara dampak kepariwisataan, gedung ini adalah bagian dari fasilitas pendukung untuk menyambut para tamu negara atau dalam hal ini kepala negara dan Delegasi Presidensi G20 dengan memberikan kenyamanan dan kemanan setiba di Pulau Bali. Hal ini akan memberi kesan baik dan berdampak besar terhadap citra Bali yang dikenal sebagai tujuan utama pariwisata dunia.
Fransiska Handoko mengatakan arsitektur gedung VVIP yang merepresentasikan perpaduan nilai-nilai dan kearifan lokal Bali dengan unsur-unsur modern ini juga telah memiliki makna. Dimana, Pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Bali bersama seluruh elemen masyarakat Bali telah turut serta mengisi pembangunan dan mengikuti kemajuan zaman dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal Bali. “Sehingga pembangunan Bali dalam konteks infrastruktur menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian utama untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan G20, khususnya Gedung VVIP ‘Kreta Bhawana Sanggraha’ yang merupakan salah satu kebanggaan kita bersama. Semoga hal ini dapat memberikan kesan dan kenangan yang baik bagi para tamu kenegaraan maupun delegasi yang tiba di Bali demi meningkatkan citra pariwisata Bali,” jelas Chairwoman of BHA ini.
Sementara itu, Dosen ISI Denpasar, I Made Sidia menyakini ada peran Gubernur Koster di dalam mewujudkan Gedung VVIP Bandara I Gusti Ngurah Rai yang tampil secara elegan dengan nuansa budaya Bali. Sehingga hal ini merupakan hasil kerja nyata para pemimpin di pusat dan di daerah, yang sudah dijalankan oleh Presiden RI bersama Menteri terkait dan Gubernur Bali sebelum hajatan Presidensi G20 dimulai. Dengan demikian, Presidensi G20 sangat memberikan vibrasi yang positif, karena kesenian budaya Bali betul-betul diangkat dan ditampilkan dihadapan dunia internasional.
“Gedung VVIP Bandara I Gusti Ngurah Rai sangat menekankan seni budaya Bali, kita bisa lihat baru turun dari pesawat, para Kepala Negara dan Delegasi Presidensi G20 sudah melihat Aksara Bali yang bertuliskan ‘Kreta Bhawana Sanggraha’, kemudian pintunya memiliki ukiran khas Bali, hingga ruangan Gedung VVIP tampil indah berkat hiasan seni lukis dan ornamen khas Bali,” kata Made Sidia.
Tidak hanya Gedung VVIP Bandara yang tampil dengan nuansa budaya Bali, tapi ornamen Bali di lampu penerangan Jalan Tol Bali Mandara, kemudian sepanjang venue G20 terdapat jejeran penjor yang sangat indah, kian membuat Bali sangat luar biasa dan memperlihatkan sebagai pulau yang kaya akan kebudayaannya. “Seni tradisi, seni kreasi, dan seni kontemporer kolosal juga diangkat dalam ajang G20 dengan melibatkan para seniman yang totalnya mencapaI 3.000 lebih yang menyebar di beberapa venue G20, dan para seniman ini sudah tampil sejak pra Presidensi G20 atau lima bulan yang lalu sampai kegiatan Presidensi G20 usai,” ujar Made Sidia.
Untuk itu, Dalang Wayang Bali yang mengabdikan dirinya di Sanggar Paripurna ini memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Joko Widodo dan Gubernur Koster yang benar-benar serius melakukan penguatan dan pemajuan ebudayaan Bali di ajang Presidensi G20, yang tentu berdampak positif secara jangka panjang.
“Saya lihat Bapak Gubernur Wayan Koster menggunakan busana Adat Bali saat menyambut kedatangan Kepala Negara dan Delegasi Presidensi G20 yang diiringi dengan Tari Pendet. Jadi hal ini adalah keputusan dan kebijakan yang sangat tepat, sesuai dengan ajaran Trisakti Bung Karno, yaitu Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi dan Berkepribadian dalam Kebudayaan yang diimplementasikan dalam visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Sekaligus menjadi momentum untuk mempromosikan Bali kepada dunia, bahwa Bali memiliki keunikan dan kekayaan seni budaya yang sangat adi luhung,” pungkas tokoh seni asal Desa Bona, Kabupaten Gianyar ini. (kmb/balipost)