Yusli Mariadi. (BP/Istimewa)

Oleh Yusli Mariadi

Saya pernah membaca salah satu sumber di media online yang mengatakan bahwa Mark Carney, Gubernur Bank Inggris yang pada akhir 2016 lalu mengatakan bahwa setidaknya 15 juta pekerjaan akan lepas ke orang-orang teknologi pada tahun-tahun yang akan datang, termasuk di dalamnya profesi akuntan. Profesi akuntan dan pencatat administrasi akan menjadi salah satu prioritas teratas yang akan digantikan oleh robot/komputer. Wow, prioritas teratas.

Mungkin bagi kebanyakan orang akan dengan cepat menanggapi realistis pernyataan tersebut dan juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang yang
berprofesi di bidang akuntansi. Namun, dengan menempatkan akuntan di tempat yang setara dengan “hanya” pencatat administrasi, saya rasa itu sesuatu yang
kurang bijak.

Baca juga:  Momentum Perkuat Implementasi CHSE

Kekhawatiran yang muncul juga menurut saya, itu terlalu berlebihan. Ada juga yang mengatakan UMKM sekarang tidak membutuhkan akuntan karena sudah banyak aplikasi-aplikasi pembukuan yang bisa membantu.

Mungkin bagi sebagian pelaku usaha yang punya skill akan bisa memanfaatkan fasilitas ini. Saya punya pengalaman memberikan pelatihan penggunaan aplikasi akuntansi berbasis android.

Sebelum pelatihan saya berikan, saya coba dulu sejauh mana aplikasi tersebut bisa membantu mereka tanpa adanya pelatihan. Hasilnya, tentu saja berantakan. Akuntan itu bukan sekadar mencatat transaksi debit kredit dan menyusun laporan keuangan.

Yang paling dibutuhkan dari seorang akuntan adalah justifikasinya tentu saja, menilai suatu peristiwa keuangan dan menyajikannya dalam laporan keuangan secara wajar, bukan secara benar. Selain itu juga, analisis data-data

Baca juga:  Fenomena "Ulah Pati"

keuangan dan informasi akuntansi lainnya. Apalagi jika kita mengacu pada prinsip-prinsip akuntansi yang lebih
cenderung dikatakan sebagai seni daripada suatu ilmu pasti. Tidak ada komputer yang bisa menyamai manusia dalam hal seni.

Program-program komputer untuk proses akuntansi sekarang hanya tools, media yang digunakan akuntan untuk bekerja. Dulunya menggunakan buku dan kalkulator, berganti menggunakan tabel-tabel di Microsoft Excel dan
berkembang menggunakan program yang lebih canggih. Perkembangan teknologi yang kita alami sekarang bergerak sangat cepat.

Kecerdasan buatan telah ditanamkan di hampir semua perangkat. Namun nyatanya, akuntan masih tetap eksis dan dibutuhkan. Program-program canggih itu tidak akan ada gunanya tanpa kehadiran seorang akuntan.

Baca juga:  Hasil Investigasi Akuntan Publik, Korupsi LPD Serangan Capai Miliaran

Kebijakan pemerintah berubah, tingkat suku bunga berubah, kondisi ekonomi berubah, tentu justifikasi akuntan yang diperlukan. Standar akuntansi yang telah disusun sedemikian rupa masih tetap membutuhkan akuntan dalam penerapannya, karena prinsip-prinsip yang memberikan diskresi kepada manajer dan akuntan masih ada di dalamnya.

Standar pelaporan boleh sama, taste laporannya akan berbeda. Begitulah ibaratnya. Namun, tentu saja profesi akuntan harus terus berbenah, terus meningkatkan kompe￾tensi dan skil. Kalau tidak, bukan tidak mungkin profesi akuntan akan tergerus teknologi.

Penulis, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

BAGIKAN