SINGARAJA, BALIPOST.com – Kasus kematian diduga korban gigitan anjing gila (rabies) kembali terjadi di Buleleng. Seorang pasien suspect dari salah satu desa di Kecamatan Gerokgak meninggal di RSUD Buleleng, Senin (28/11).
Pasien ini sebelumnya memiliki riwayat pernah tergigit anjing skeitar dua bulan lalu. Pasien terlambat mencari Vaksin Anti Rabies (VAR).
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng dr. Sucipto membenarkan telah terjadi kasus kematian pasien suspect penyakit rabies itu. Pasien dirujuk ke RSUD Buleleng pada 26 Nopember 2022.
Hasil diagnosis menunjukan pasien suspect tertular rabies. Saat menjalani treatment pengobatan, pasien mengalami demam diikuti rasa pusing dan sesak nafas. Bahkan, pasien juga menunjukan gejala yang mrip seperti tertular virus rabies seperti, merasakan gelisah, takut dengan air, takut angin, mengeluh mual, dan mengeluarkan air liur berlebih.
Kemudian, 27 November 2022, dokter mendapat informasi dari keluarga, menyebutkan pasien pernah digigit anjing sekitar 2 bulan lalu. Karena gigitan anjing itu menyebaban luka kecil pada kakinya. Takut anjing itu terjangkit virus rabies, anjing yang menggigit itu kemudian dibunuh. Selanjutnya, bangkai anjing dibuang.
Sementara, pasien sempat enggan datang ke tempat pelayanan kesehatan (paskes) untuk mendapatkan suntikan var. “Jadi benar ada kasus kematian pasien suspect rabies. Saat dirujuk ke rumah sakit sudah menunjukkan kaluhan yang mengarah pada terjangkit rabies, karena kondisinya terus memburuk, pasien meninggal,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha mengatakan, ketika pihaknya mendapat pasien rujukan itu telah ditangani sesuai standar oprasional prosedur (SOP) di rumah sakit. Setelah dirawat selama 2 hari, pasien menunjukan tanda yang mirip terjangkit virus rabies. Kesehatannya terus memburuk, sehingga nyawanya tak tertolong dan dokter menyatakan pasien bersangkutan meninggal sekitar pukul 05.00 WITA.
Dari keterangan keluarga, pasien sebelumnya pernah tergigit anjing liar di desanya. Kala itu, pasien sedang menghadiri upacara adat. Saat itu, pasien tergigit anjing hingga menyebabkan pada jarinya terluka.
Keluarga kemudian membunuh anjing itu karena khwatir terjangkit rabies. Sayangnya, pasien sendiri malah tidak mencari suntikan Vaksin Anti Rabies (VAR) ke faskes terdekat.
Beberapa bulan berselang, kondisi kesehatannya terus terganggu, hingga akhirnya pasien sendiri meninggal karena suspect rabies. “Saat dirujuk kondisi pasien sudah menunjukan tan-tanda ke arah rabies, dan dari posisi bekas luka pada jari memang vatalitasnya tinggi untuk kasus suspect rabies seperti ini, dan ternyata pasien meninggal,” katanya.
Di sisi lain, Dirut RSUD dr Arya menyebut, selama bulan ini pihakanya telah menemukan sebanyak 4 kasus kematian pasien suspect rabies. Kondisi ini diakuinya mengkahwatirkan, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian untuk bersama-sama mengendalikan jangan sampai kasus yang sama terus bertambah.
Bahkan, dirinya setuju kalau pemerintah daerah (pemda) dan instsnasi teknis yang membidangi untuk merumuskan peraturan untuk menyadarkan warga agar waspada dan meningkatkan partisipasi dalam mengendalikan penularan virus mematikan ini. (Mudiarta/balipost)