Ombudsman RI Perwakilan Bali melakukan sidak ke SPBU. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kelangkaan BBM, khususnya Solar bersubsidi terjadi beberapa hari terakhir di Bali. Bahkan, sempat mengakibatkan kemacetan di sejumlah ruas jalan karena antrean kendaraan di SPBU mengular panjang.

Untuk mengecek kondisi, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Bali, Ni Nyoman Sri Widhiyanti melakukan sidak ke sejumlah SPBU di Denpasar, Rabu (7/12). Dari hasil sidak yang dilakukan di sejumlah SPBU di kota Denpasar, ditemukan adanya kekosongan stok Solar. Bahkan ada juga SPBU yang mengalami kekosongan stok Pertalite

“Saat ini BBM yang tetap adalah Pertamax Turbo dan Dextlite. Setiap pihak yang dimintai keterangan di SPBU tersebut mengungkapkan bahwa benar kuota Solar untuk tahun 2022 per SPBU telah habis,” katanya, Kamis (8/12).

Di hari yang sama, pihaknya juga mengunjungi Kantor PT. Pertamina (Persero), untuk mendapat informasi dari Marketing Operation Region V Sales Area Retail Bali, terkait kelangkaan Solar. Keterangan dari pihak Pertamina, memang benar bahwa kuota BBM terutama Solar dan Pertalite untuk Provinsi Bali telah habis.

Baca juga:  Resmikan Kantor Ombudsman, Gubernur Koster Tegaskan Tak Alergi Kritik

Menurut Sales Area Manager Retail Jatimbalinus, Gusti Anggara, di Provinsi Bali, telah mendapat kuota sekitar kurang lebih 191.743 ribu liter untuk JBT (Bio Solar) pada 2022 dari BPH Migas. Dalam situasi terjadi kekurangan dikarenakan kuota habis, kata dia, SPBU bisa saja mendapat penyaluran BBM, namun dengan konsekuensi SPBU tersebut harus mengganti selisih biaya yang tidak murah. “Tentu ini adalah langkah yang tidak mudah bagi SPBU,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, realisasi pemakaian kuota BBM per kabupaten/kota se-Provinsi Bali telah mendekati angka 100 persen. Bahkan, 1 kota dan 3 kabupaten, telah melewati 100 persen, yakni Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung.

Baca juga:  Begini, Kronologis Terungkapnya Kasus Pekerja Kafe di Bawah Umur

“Event G-20 yang diselenggarakan pada bulan November lalu membutuhkan dan menghabiskan banyak BBM dan bisa dibilang menjadi salah satu penyebab kelangkaan BBM yang terjadi pada saat ini,” bebernya.

Untuk penyaluran BBM itu ada peraturan terutama untuk BBM subsidi karena ada campur tangan pemerintah di dalamnya. Langkah awal yang telah diambil adalah dengan melakukan pengalihan BBM antar kabupaten/kota Se- Provinsi Bali.

Untuk pemenuhan stok BBM sampai akhir tahun, kata dia, Pertamina telah menyurati BPH Migas agar diberikan izin melakukan pengalihan BBM antarprovinsi ataupun melakukan kebijakan-kebijakan yang dirasa tepat mengatasi masalah tersebut. “Pertamina telah mengarahkan SPBU-SPBU untuk membantu menyampaikan kepada konsumen jika pihak Pertamina telah melakukan normalisasi terkait stok BBM dan diharapkan untuk konsumen agar tidak panik,” ucapnya.

Pertamina area Bali normalnya menyalurkan 660.000 liter Solar per hari. Pada 6 Desember 2022 menyalurkan 840.000 liter Solar per hari (20 persen di atas normal), 7 Desember 840.00 liter Solar per hari sesuai kebutuhan masing-masing SPBU.

Baca juga:  Ombudsman Sarankan Penundaan Seleksi CASN 2024

Dari keterangan yang didapatkan tersebut, Sri berharap BPH Migas bisa membuat regulasi dan kebijakan yang tepat terkait penyelesaian masalah BBM di Bali, terutama terkait kuota solar yang sudah habis di tahun ini. “Kemudian juga agar lebih memperlancar distribusi solar dan juga jenis BBM lainnya agar ketersediaannya di SPBU tidak terlalu lama kosong,” harapnya.

Selain itu dengan kondisi normalisasi dalam beberapa hari kedepan, perlu dikoordinasikan soal penguraian kemacetan akibat antrean pengisian BBM dengan pihak Dinas Perhubungan dan juga kepolisian. “Kepada masyarakat juga diharapkan tidak panik dan melakukan panic buying yang akan mempengaruhi proses normalisasi yang sedang dilakukan,” ucapnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN