Arsip - Massa memadati tempat tes PCR di pinggir jalan di Distrik Chaoyang, Kota Beijing, China, Sabtu (3/12) sore, hingga menimbulkan antrean panjang. Situasi tersebut terjadi setelah otoritas kesehatan setempat memangkas masa berlaku hasil tes negatif COVID-19 dari 72 jam menjadi 48 jam tanpa menambah jumlah petugas pengambilan sampel sehingga sejumlah tempat tes PCR di setiap kompleks permukiman warga banyak yang tutup. (BP/Ant)

 BEIJING, BALIPOST. com – Kebingungan dan kecemasan di kalangan masyarakat China terjadi akibat adanya pelonggaran secara signifikan kebijakan ketat “nol-COVID” di tengah berlanjutnya penyebaran virus corona. Kebingungan di tengah pelonggaran kebijakan itu diwarnai dengan kondisi obat flu yang habis diborong dan otoritas kesehatan tidak lagi melacak kasus positif COVID.

Langkah-langkah pelonggaran termasuk mengizinkan mereka yang tidak memiliki gejala COVID-19 atau bergejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah, alih-alih di fasilitas yang ditunjuk, sehingga meningkatkan permintaan obat-obatan.

Pelonggaran itu menyusul aksi protes nasional yang jarang terjadi di China terhadap aturan penguncian dan pembatasan ketat lainnya pada akhir November. Banyak warga menyambut langkah-langkah terbaru pelonggaran itu tetapi pada saat yang sama khawatir tentang tingkat infeksi.

Orang yang bepergian melintasi wilayah China tidak lagi diperiksa status negatif COVID-nya, dan untuk masuk ke banyak ruang publik pun tidak lagi perlu menunjukkan hasil tes negatif pada aplikasi di ponsel.

Baca juga:  Dari Denpasar Kembali Jadi Penyumbang Kasus COVID-19 Harian Terbanyak hingga Pecah Rekor Lagi!! Bali Tambah 14 Korban Jiwa COVID-19

Namun, beberapa tempat di Beijing termasuk restoran masih mensyaratkan hasil tes negatif yang dikeluarkan dalam 48 jam terakhir sehingga masih banyak orang mengantre untuk tes PCR gratis.

Selama beberapa hari terakhir, sejumlah orang mengeluh bahwa hasil tes mereka tidak muncul di aplikasi, dan otoritas kesehatan menjelaskan bahwa hal itu karena mereka diduga positif COVID.

Di lokasi pengujian PCR, sampel dari 10 orang biasanya diuji bersama. Ketika hasil tes positif, pihak berwenang biasanya melakukan pemeriksaan baru untuk mengidentifikasi kasus positif di antara mereka yang dicurigai positif.

Namun, pihak berwenang tampaknya telah berhenti melacak kasus positif, dan beberapa tempat pengujian memasang pemberitahuan yang mengatakan “Jika hasil tes Anda tidak keluar, jangan bertanya.”

Baca juga:  China Segera Terbitkan Panduan Prokes Antipandemi COVID-19

China telah menekankan deteksi dini infeksi virus corona melalui pemeriksaan massal yang tiada henti.

Namun, pengujian secara massal dan terus-menerus sulit untuk dipertahankan karena biaya yang meningkat dan kurangnya tenaga kerja di tengah lonjakan kasus COVID-19 nasional baru-baru ini, yang mencapai rekor tertinggi pada November, menurut sumber pemerintah China.

Langkah-langkah baru pelonggaran aturan COVID juga termasuk melarang pembatasan penjualan obat flu yang dijual bebas, di mana apotek di seluruh negeri diharuskan mempertahankan operasi rutin untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Pada Kamis, barang-barang seperti obat batuk terjual habis di beberapa apotek dan pembelian secara daring memerlukan waktu satu bulan untuk pengiriman.

Baca juga:  China Desak India Selesaikan Perselisihan Wartawan Kedua Negara

Pada konferensi pers, para pejabat kesehatan berjanji untuk segera menangani masalah persediaan obat-obatan guna meredakan kekhawatiran publik.

Sejak dimulainya protes anti-lockdown, termasuk adanya seruan agar Presiden Xi Jinping mundur, China semakin menyerukan tindakan anti-virus yang “dioptimalkan” dan menekankan bahwa virulensi varian Omicron melemah.

Langkah-langkah pembatasan yang berlarut-larut telah memperlambat pertumbuhan ekonomi China, dengan ekspansi 3,9 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat pada periode Juli hingga September 2022.

Beijing sebelumnya menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk 2022 sekitar 5,5 persen.

Menurut media pemerintah China, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan kepada Presiden Bank Dunia David Malpass dalam pertemuan mereka di Provinsi Anhui pada Kamis bahwa pertumbuhan ekonomi China akan terus meningkat mengikuti penerapan langkah-langkah pengoptimalan dan penyesuaian baru. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN