DENPASAR, BALIPOST.com – Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Samsi Gunarta, memberikan klarifikasi terkait ambruknya Jembatan Penghubung (Movable Bridge/MB) antara Dermaga Utama dan Dermaga Apung Pelabuhan Toya Pakeh, Kamis (15/12). Jembatan yang belum diserahterimakan dari pusat itu disebutnya tidak berkaitan dengan pelabuhan “Segitiga Emas” yang baru sebulan lalu diresmikan Presiden Joko Widodo.
Samsi menegaskan pekerjaan Pelabuhan Toya Pakeh adalah pekerjaan yang terpisah dan tidak ada kaitannya dengan Pelabuhan Segitiga Sanur-Bias Munjul-Sampalan. Pelabuhan Toya Pakeh sudah beroperasi sejak 1990 dan merupakan aset dari Kementerian Perhubungan RI yang dikelola oleh Unit Pengelola Pelabuhan.
Paket pekerjaan Dermaga Toya Pakeh dilakukan secara bertahap menyesuaikan ketersediaan alokasi APBN reguler Ditjen Perhubungan Laut. Dikatakan, pada tahap awal pekerjaan fokus pada pembangunan sisi laut (sea sides).
Selanjutnya akan dilakukan revitalisasi terminal menyesuaikan dengan pelabuhan lain yang sudah terbangun. Sehingga diharapkan menjadi salah satu pelabuhan pintu masuk Nusa Penida yang kompatibel dengan Pelabuhan Sanur, Pelabuhan Sampalan, dan Pelabuhan Bias Munjul.
Samsi juga menjelaskan kronologi ambruknya MB itu. Ia mengatakan bahwa menjelang kejadian akan berangkat Kapal Sari Nusa GX Semabu Hills dari Pelabuhan Toya Pakeh menuju Pelabuhan Sanur dengan jumlah penumpang 129 orang. Posisi kapal saat itu sudah sandar dengan sempurna.
Posisi buritan kapal yang terlalu mendekati ujung MB mengakibatkan antrean penumpang berada di atas MB. Sejumlah 35 penumpang berdiri di atas MB sehingga struktur tidak kuat menahan beban.
Jembatan MB sepanjang 16.74 meter dengan lebar 1,5 meter tersebut patah pada jarak 6 meter dari dermaga yang menyebabkan 30 penumpang terjatuh ke laut. “Syukurnya seluruh korban dapat dievakuasi dengan keadaan aman dan selamat. Beberapa penumpang mengalami luka ringan dan melaporkan adanya kerusakan barang elektronik berupa HP,” jelasnya.
Setelah dilakukan pelaporan, pemeriksaan TKP, dan pengumpulan keterangan saksi-saksi oleh pihak Kepolisian, prosedur keberangkatan speed boat Semabu Hills dapat dilanjutkan menuju pelabuhan Sanur. Untuk mengetahui kondisi jembatan tersebut, Samsi Gunarta mengatakan Tim Dinas Perhubungan Provinsi Bali melakukan investigasi awal untuk menyusun rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh UPP Nusa Penida, Jumat (16/12) pagi.
Hal ini dilakukan guna mencegah kejadian yang sama di kemudian hari. Dalam investigasi tersebut diketahui bahwa pekerjaan pemasangan Dermaga Apung berikut MB di Pelabuhan Toya Pakeh paket pekerjaan yang dilaksanakan oleh Satker Strategis Ditjen Perhubungan Laut di Jakarta tahun 2022.
Pelaksana tersebut sudah melakukan PHO dan memasuki masa pemeliharaan. Pada 12 Desember sudah dilakukan sosialisasi dan uji coba pemanfaatan dengan beberapa kondisi yang dipersyaratkan, termasuk perlunya pembatasan jumlah penumpang yang diperbolehkan ada di atas MB pada saat bersamaan.
Akibat runtuhnya MB, dikatakan bahwa pihak kontraktor berkomitmen untuk membangun MB yang baru dan menyesuaikan desain selama masa pemeliharaan berjalan. Pelayanan pelabuhan untuk sementara dilakukan menggunakan Pelabuhan Banjar Nyuh, di sebelah Barat Pelabuhan Toya Pakeh yang selama ini dikelola desa. (Winatha/balipost)