DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan terjadinya guncangan hebat pada pariwisata dan ekonomi Bali. Beruntung Bali tetap dapat membangun infrastruktur penting yang selanjutnya dapat menjadi kekuatan bagi pariwisata Bali untuk bangkit. Peluang Bali mengembangkan pariwisata berbasis infrastruktur semakin besar.
Akademisi Politeknik Pariwisata Bali, Dr. Ni Made Eka Mahadewi, M.Par., CHE, CEE, mengatakan selama jeda akibat pandemi, Bali sebagai destinasi pariwisata telah melakukan langkah-langkah pembenahan infrastruktur dan pengembangan SDM pariwisata.
“Pembangunan infrastruktur dalam mendukung pariwisata berdampak positif dan menjadi penting karena akan memudahkan pergerakan arus kunjungan wisatawan,” ujarnya.
Dibangunnya infrastruktur di Pulau Dewata ini, akan lebih baik jika dibangun sebagai daya tarik atau atraksi bagi destinasi. Misalnya, pembangunan jalan kereta api di tepi pulau Bali. Ini akan menjadi menarik apabila yang dikemas dalam pembangunannya tidak hanya sekadar infrasktruktur, namun juga dikemas keunikan, cerita dan budaya Bali yang melekat pada pembangunan infrastruktur tersebut.
Bentuk infrastruktur, sarana transportasi yang dikemas berbeda dengan daerah lainnya adalah bagian yang mendukung atraksi wisata berbasis infrastruktur. Bali dapat mengembangkannya seiring dengan masifnya pembangunan infrastruktur.
“Kereta dengan lukisan atau design unik akan menjadi daya tarik pembangunan infrastruktur di Bali. Pembangunan infrastruktur di Bali, selain perlu menambah nilai keunikan, budaya dan cerita di balik produk yang dibangun, juga perlu diperhatikan desain ergonomisnya,” ucap Eka.
Menurutnya, destinasi yang ergonomis memberikan kenyamanan, ketenangan, kepuasan dan keamanan bagi wisatawan serta pengelola. Melalui pembangunan terintegrasi yang mengurangi konflik dengan masyarakat adalah kunci penting dalam mengelola pariwisata Bali.
Pembangunan pariwisata yang berbasis pada kepentingan masyarakat lokal (community based tourism) diharapkan dapat mewujudkan pariwisata Bali yang berkelanjutan (sustainable tourism development). “Selama 2022 citra pariwisata Bali terangkat melalui event KTT G20. Dampak citra yang ditimbulkan di media, menjadi bahan promosi langsung destinasi Bali,” kata Eka.
Prospek 2023 pariwisata Bali, menurutnya akan menjadi terang dengan pencitraan yang dibangun melalui event KTT G20. Namun benturan dan kepentingan internal menjadi polemik tersendiri bagi industri pariwisata dengan adanya pemberlakuan UU KUHP yang menimbulkan berbagai komentar negatif. Antisipasi yang perlu dilakukan adalah dengan media coverage atau pemberian informasi pemberlakuan aturan UU KUHP di sektor pariwisata.
“Tahun 2023 diharapkan ada titik cerah dan semakin meningkat jumlah transaksi bisnis dan ekonomi Bali,” tutupnya. (Kerta Negara/balipost)