BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Gelagahlinggah mengelola potensi hutan yang ada di wilayah setempat menjadi destinasi wisata. Desa adat yang ada di Kecamatan Kintamani itu pun berharap ke depan bisa menjadi desa yang mandiri secara ekonomi.
Hutan yang dimanfaatkan Desa Adat Gelagahlinggah menjadi destinasi wisata itu merupakan hutan negara. Pihak desa adat sendiri telah mengantongi izin terkait pengelolaan hutan tersebut. Adapun luas hutan yang dikelola mencapai 51 hektar. Di hutan pinus tersebut, Desa Adat Gelagahlinggah menyediakan daya tarik berupa tempat camping, jalur tracking sepanjang 1,5 km, tempat syuting film, amphiteater untuk berbagai acara pertunjukan serta lokasi yang menarik untuk foto prewedding.
Bendesa Adat Gelagahlinggah, Wayan Sumadi mengatakan, objek wisata hutan pinus Gelagahlinggah mulai didirikan 2018 lalu. Diawali dengan akses tempat, dilanjutkan proses penggalian dan analisis potensi untuk menemukan potensi wisata apa saja yang cocok dikembangkan di sana.
Sejak wana wisata itu dihadirkan, Sumadi mengatakan sudah lumayan banyak pengunjung yang datang untuk berwisata. Seperti melakukan tracking, camping, preweding, dan syuting film. Meski sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke sana, namun baru pada 20 Desember lalu, objek wisata itu dibuka secara resmi. Peresmian objek wisata hutan Pinus Gelagahlinggah dirangkaikan dengan launching tiket berbasis elektronik.
Sumadi mengatakan sebelum resmi dibuka, pengunjung yang datang hanya dikenakan donasi. “Sekarang pengunjung dikenakan tiket Rp10 ribu per orang dan ada diskon bagi pengunjung yang datang bergrup atau secara rombongan. Agar wahana wisata itu bisa menarik lebih banyak wisatawan, kami menggencarkan promosi lewat media sosial,” katanya.
Sumadi berharap objek wisata hutan Pinus Gelagahlinggah ini bisa membawa manfaat baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dengan keberadaan objek wisata ini ia berharap ke depan Desa Adat Gelagahlinggah bisa menjadi desa adat yang mandiri secara ekonomi. (Dayu Swasrina/balipost)