BEIJING, BALIPOST.com – Selama periode 1-20 Desember 2022, Otoritas China memperkirakan 250 juta warga setempat tertular COVID-19. Jumlah tersebut sekitar 18 persen dari total populasi.
Deputi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Sun Yang, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (26/12), mengatakan bahwa penyebaran COVID-19 terus meningkat. Separuh jumlah penduduk Kota Beijing dan Provinsi Sichuan telah tertular COVID-19 varian Omicron BF.7.
Di Provinsi Zhejiang, jumlah kasus positif COVID-19 telah mencapai lebih dari satu juta pada Minggu (25/12).
Deputi Direktur Komisi Kesehatan Provinsi Zhejiang Yu Xinle menyebutkan bahwa dalam sepekan yang lalu terdapat lebih dari 408.400 pengunjung klinik kesehatan. Jumlah tersebut meningkat 14 kali lipat dari kunjungan biasa.
Pihaknya memperkirakan angka kasus positif bisa mencapai dua juta selama puncak arus mudik liburan Tahun Baru Imlek pada Januari-Februari 2023. China memperkirakan kasus COVID-19 akan melandai menuju normal setelah puncak mudik Tahun Baru Imlek.
Sebelumnya, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengumumkan penghentian publikasi data kasus COVID-19 harian mulai Minggu (25/12).
Sebagai gantinya, CDC akan menyampaikan hasil penelitian COVID-19 berdasarkan tinjauan ilmiah.
Beberapa media penyiaran yang dipantau di Beijing pada Minggu sudah mulai banyak yang menyosialisasikan pola penyebaran COVID-19 dan pencegahannya. Warga China sudah mulai dididik agar mau berdamai dengan wabah penyakit yang melanda sejak akhir 2019 tersebut.
Otoritas China juga telah sejak 7 Desember 2022 melonggarkan protokol kesehatan antipandemi COVID-19, meskipun sedang terjadi lonjakan kasus positif yang dipicu oleh Omicron BF.7.
Dengan pelonggaran tersebut, pembatasan-pembatasan mobilitas warga dicabut. Situasi lalu lintas, transportasi publik, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan fasilitas publik lainnya di Beijing pada Senin pagi terpantau normal atau lebih ramai daripada dua pekan sebelumnya. (Kmb/Balipost)