DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam setahun belakangan seiring Presidensi G20, upaya transformasi digital masif dilakukan Indonesia. Bahkan dalam presidensi Indonesia di G20 itu, tranformasi digital menjadi salah satu isu prioritas yang dibahas. Bali yang menjadi lokasi penyelenggaraan KTT G20 pada 15-16 November 2022, sebenarnya telah berupaya menjawab tantangan di balik masifnya tranformasi digital ini dengan Bali Smart Island yang menjadi salah satu program kerja Pemerintahan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakilnya, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Ini bertujuan menjadikan Bali sebagai surganya komunitas digital.
Menurut Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam sejumlah kesempatan, untuk mempercepat transformasi digital, Pemerintah Provinsi Bali telah mengambil langkah-langkah strategis dan taktis. Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini, mengatakan berbagai kebijakan atau regulasi di bidang pembangunan digital telah dan sedang dilaksanakan. Yaitu, peta rencana transformasi digital, tata kelola dan kelembagaan, dan telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, serta telah menjadikan skala prioritas terhadap sistem pemerintahan berbasis elektronik dalam berbagai aspek pembangunan.
Koster menyebutkan konsep Transformasi Digital Kerthi Bali juga berpijak pada 3 (tiga dimensi waktu pembangunan Bali), yaitu masa lalu (atita), masa kini (wartamana), dan masa yang akan datang (nagata). Oleh karena itu Transformasi Digital Kerthi memiliki tiga karakteristik utama, yaitu bersifat repetitif, adaptif, dan antisipatif.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Bali sudah dan sedang menjalankan 4 skenario skema transformasi digital. Yaitu, transformasi proses, transformasi model bisnis, transformasi domain, dan transformasi budaya/organisasi dengan menempatkan teknologi digital tidak hanya sebagai supporting, namun juga sebagai enabler, dan bahkan sebagai driver, yang membawa solusi dan arah baru dalam pembangunan Bali.
Dua kegiatan yang cukup penting dan bisa digelar secara tahunan terkait transformasi digital ini adalah Bali DigiFest 2022 dan Bali Fab Festival 2022. Keduanya merupakan upaya dalam menjadikan Bali sebagai smart island untuk mendukung ekosistem teknologi digital.
Untuk Bali DigiFest, perhelatannya dipilih saat perayaan hari suci Tumpek Landep. Menurut kearifan lokal Bali, Tumpek Landep bermakna memuliakan ketajaman pikiran manusia agar terus menghasilkan karya yang luar biasa.
Di era transformasi digital, generasi muda Bali diharapkan mulai mengasah ilmu pengetahuan teknologi dan digital. Koster menegaskan 2022 adalah sebagai tahun dimulainya momentum Bali Era Baru yang diwarnai dengan kebijakan berbasis pada perkembangan teknologi digital. “Saya melihat para pelaku, talenta kreator di Bali ini luar biasa banyak yang tumbuh secara alami dan sporadis, hanya selama ini belum diorganisir menjadi suatu kekuatan,” ujarnya saat penutupan acara DigiFest 2022 lalu.
Sementara itu, terkait Bali Fab Festival 2022, gubernur yang jebolan ITB ini mengharapkan dapat berkontribusi terhadap pembangunan Bali. Khususnya dalam mendukung Program Bali Smart Island sebagai bagian dari Program Transformasi Perekonomian Bali.
Dikatakan, Konsep Fab City yang mendorong tumbuh kembang Circular Economy dengan spirit agar daerah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, dengan memproduksi sendiri produk-produk yang dibutuhkan melalui dukungan teknologi canggih. ”Saya rasa sangat sejalan dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, yang salah satu prinsip dalam Tri Sakti Bung Karno, yaitu Berdikari Secara Ekonomi,” tegasnya.
Agar event ini memiliki keberlanjutan, ada beberapa hal ke depan yang dapat disinergikan antara Pemerintah Provinsi Bali dengan Fab City Network yang ada di seluruh dunia. Antara lain, mendorong lahirnya inovasi desa adat dengan memanfaatkan balai desa adat atau balai banjar di desa adat yang jumlahnya mencapai lebih dari seribu balai banjar tersebar di seluruh Bali, sebagai ruang untuk berkreativitas dan berinovasi. “Sebagai tindakan awal, kami telah memasang sebanyak 1.493 wifi gratis di semua desa adat yang ada di Bali,” kata Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Selain itu, pihaknya mendorong pemanfaatan teknologi tepat guna pada 6 sektor unggulan Ekonomi Kerthi Bali. Yaitu, sektor pertanian dalam arti luas dengan sistem pertanian organik, sektor kelautan/perikanan, sektor industri manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali, sektor IKM, UMKM, dan Koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital, dan sektor pariwisata (pariwisata berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat).
Di samping itu, juga berkolaborasi untuk dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) kreatif berbasis teknologi, serta kerja sama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali, serta juga melibatkan seluruh perguruan tinggi yang ada di Bali.
“Dengan Bali menjadi Fab Island, sektor pariwisata yang saat ini mendominasi perekonomian Bali akan dikembangkan atau diberdayakan dengan jenis pariwisata baru, yaitu pariwisata berbasis teknologi atau technology tourism. Pariwisata berbasis teknologi ini akan berkolaborasi dengan komunitas lokal untuk mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapi melalui penelitian, pengembangan, dan produksi bersama,” tandas Gubernur Koster.
Upaya pemerintah Bali dalam mempercepat transformasi digital ini disambut baik para pelaku industri digital. Salah satunya Direktur Brown Bag Films Bali, Daniel Harjanto.
Ia menilai pemerintah Bali sudah mulai memfasilitasi generasi muda untuk mengembangkan kreativitas di dunia digital. Sebab, penting bagi generasi muda menuangkan ide dan kreativitas dengan memanfaatkan teknologi sehingga ke depannya bisa mempertahankan kebudayaan lokal berbasis digital.
Ia juga menyebutkan berbagai kreativitas digital ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Contohnya industri animasi yang merupakan padat karya, bisa menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Sebab, untuk membuat satu proyek animasi membutuhkan 80-120 orang.
Begitu juga dengan industri digital lainnya. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan pembangunan Pemerintah Provinsi Bali dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” akan bisa terwujud dengan dukungan dari kreativitas digitalisasi generasi muda di Bali.
Senada disampaikan Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar yang menaungi ITB Stikom Bali, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, B.Bus. Pemerintah Provinsi Bali dinilainya tengah mengembangkan konsep Ekonomi Kerthi Bali untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam bidang ekonomi berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi, yang dibangun dan dikembangkan dengan menerapkan 11 prinsip.
“Ini satu hal potensi yang dimiliki Bali, dan kita bersukur sekali bahwa kita punya pimpinan Bapak Gubernur dan juga Bapak Wakil Gubernur mewakili kedua spektrum itu. Kalau kita lihat bahwa Bapak Wayan Koster adalah ilmuan yang bergerak di ranah logika, dan kemudian Bapak Wakil Gubernur yang populer kita sebut Bapak Cok Ace adalah seorang seniman mumpuni bergerak di bidang kreatif. Sehingga perkalian dan kolaborasi antara dua pemikiran ini bisa menjadi sebuah keunggulan bagi Pulau Dewata yang kita cintai ini yang memang mempunyai begitu banyak kreativitas yang sangat unik. Ini menjadi sebuah potensi, tinggal sekarang bagaimana merelevansinya dengan perkembangan zaman saat ini,” ujarnya.
Terlebih, berbicara mengenai perkembangan dunia digital sudah pasti berbicara mengenai perkembangan ekonomi yang tidak lagi bergantung pada sektor ekonomi pariwisata, ekonomi pertanian, dan sektor ekonomi lainnya. Namun, yang terpenting bagaimana sinerginya dengan perekonomian baru yang disebut dengan perekonomian kreatif yang didasari dengan kecanggihan dan kemajuan di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi. (Tim BP/balipost)