DENPASAR, BALIPOST.com – Dirjen Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana yang mewakili Menteri ESDM, mengapresiasi kesiapan PLN UID Bali, khususnya Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Bali dalam menghadapi Natal dan Tahun Baru 2023. Hal itu disampaikan saat pemantauan kesiapan PLN pada Selasa (27/12) di kantor UP2B, Kapal.
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto didampingi General Manager PLN UID Bali I Wayan Udayana, mengatakan kunjungan wisatawan ke Bali meningkat dua kali lipat sehingga kesiapan kelistrikan juga ditingkatkan. Dari sisi pembangkit, PLN telah siap yang mana kesiapan pembangkit yang ada di Bali maupun transfer dari Jawa telah dipastikan aman.
Sementara, kesiapan transmisi terpelihara dengan baik yang mana waktu pemeliharaannya dimajukan sehingga pada saat Nataru PLN tidak melakukan pemeliharaan kembali. “Mulai dari kesiapan sistem, pembangkit, transmisi maupun distribusi kita sudah siap. Terbukti dari pengalaman kita sebelumnya dalam melayani kelistrikan saat G20. Oleh karena itu, masyarakat Bali tak perlu khawatir karena kelistrikan yang disediakan oleh PLN ini aman dan andal,” tegasnya.
Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan, hari itu merupakan hari ketiganya memantau proses penyediaan listrik dalam periode Nataru. Dari konsumsi listrik memang terjadi penurunan yaitu 777 MW yang mana pada hari normal mencapai 910 MW. “Jadi memang terjadi penurunan sesuai dengan prediksi kita. Namun, PLN secara nasional dan di Bali telah melakukan persiapan dan mitigasi risiko sampai jika terjadi tower runtuh pun, PLN sudah siap mengantisipasi,” ujarnya.
Secara kapasitas daya listrik juga mencukupi karena melihat kesiapan PLN menghadapi G20 pada November lalu. Sehingga antisipasi memastikan kecukupan listrik tinggal melanjutkan persiapan yang telah dilakukan saat G20. “Kalau kapasitas kurang, sudah tersambung dengan kapasitas di Jawa. Sekarang sudah dilakukan untuk kombinasi tersebut. Menariknya untuk Bali berbeda dengan yang lain, disini beban puncak dengan beban minimum tidak terlalu jauh, jadi flat. Memang turun naik tapi tidak seperti di daerah lain. Di daerah lain bisa berbeda separuhnya, tapi di sini beban puncak 777 MW, mungkin siang di angka 800 MW. Jadi sangat baik, jadi kita bisa menyediakan listriknya dengan model base load,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan konsumsi listrik juga tidak terlepas dari kondisi cuaca di Bali yang saat ini sedang menghadapi cuaca ekstrem, hujan disertai angin. Sehingga PLN fokus pada antisipasi jaringan sistem kelistrikan yang mengalami gangguan akibat pohon maupun angin kencang. (Adv/balipost)