Dialog Merah Putih, di Warung Bali Coffee 63 Jalan Veteran, Rabu (28/12) tentang prestasi Bali di 2022. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali tak hanya menyentuh aspek sosial dan spiritual, namun juga di dunia olahraga. Bali banyak mengalami kemajuan di bidang olahraga seperti di PON XX/2021 sejak kepemimpinan Gubernur Wayan Koster-Cok Ace. Ini berkat arahan dan motivasi Gubernur Wayan Koster serta dukungan dana dari Pemprov Bali.

Di ajang PON XX/2021 di Papua, kontingen Bali yang sebelum bertolak ke Bumi Cendrawasih, mereka diberi wejangan Gubernur Bali Wayan Koster, agar atlet Bali berjuang gigih di medan laga, dengan semangat memajukan prestasi olahraga Pulau Seribu Pura ini, dan tetap berpatokan Nagun Sat Kerthi Loka Bali.

Tak disangka, kata Ketua Umum KONI Bali IGN Oka Darmawan, dalam Dialog Merah Putih, di Warung Bali Coffee 63 Jalan Veteran, Rabu (28/12), kontingen Bali melesat ke peringkat kelima, pada hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia, di Papua. Bali memperolehan 28 emas, 25 perak, dan 53 perunggu, menggeser Jateng yang bertengger di urutan keenam (27 emas, 47 perak, 64 perunggu). Empat daerah di atas Bali, yakni Jabar, DKI, Jatim, dan tuan rumah Papua. “Prestasi itu diraih dengan proses penggemblengan atlet cukup lama, dan tidak ada yang kebetulan di olahraga ini,” cetus Oka Darmawan.

Baca juga:  Faskes Jadi Klaster COVID-19, Nakes Diingatkan Lebih Waspada!!

Prestasi sebelumnya, di PON XIX/2016 di Jabar, tuan rumah Jabar juara umum, disusul Jarim, DKI, Jateng, Kaltim, dan urutan keenam Bali (20 emas, 21 perak, 35 perunggu). Kala itu, menurut Oka Darmawan, Papua di urutan kedelapan (17 emas, 19 perak, 32 perunggu). Kenyataannya, saat menjadi tuan rumah PON kontingen ini melejit ke urutan keempat.

Selain di PON, prestasi atlet Bali juga banyak meraih prestasi di ajang regional, nasional bahkan internasional. Ini juga berkat dukungan Gubenur Koster untuk membina atlet dari bawah mulai dari desa, sekolah hinggga Porprov Bali.

Tantangan Bali ke depan adalah pada PON XXI/2024 di Aceh dan Sumut. Posisi tuan rumah Sumut dan Tanah Rencong diprediksi menyodok ke papan atas, sekaligus menjadi batu sandungan bagi Bali. Apalagi, sebagai perbandingan PON Papua lalu, mempertandingkan 37 cabor, berikut 688 nomor pertandingan. “Di ajang PON XXI nanti di Sumut dan Aceh, mempertandingkan 67 cabor, termasuk tambahan 326 nomor, sehingga total mempertandingkan 1.014 nomor pertandingan.

Bisa dibayangkan, KONI Bali saja hanya menaungi 55 cabor, lalu darimana menjaring atlet tambahan 12 cabor lainnya. Menilik pengalaman PON Papua, yang menggelar 37 cabor, Bali hanya mengirim 235 atlet, dari 29 cabor. Di antara 29 cabor yang diikuti, terdapat 24 cabor penyumbang 106 medali, dua cabor Bali juara umum, yakni judo (6 emas) dan cricket (3 emas), dan tambang emas terbesar dari bela diri, seperti tarung derajat (4 emas).

Baca juga:  Masih 3 Digit, Tambahan Kasus COVID-19 Naik dari Sehari Sebelumnya

“Kami dituntut melakukan pemetaan sejak dini,” tegas Oka Darmawan.

Artinya, seberapa potensi Bali, apa hambatan, ancaman, dan kendala, dimana peluang dan kelebihan Bali, harapan Bali ke depan seperti apa, provinsi mana yang menjadi pesiang dan kompetitor Bali. “Ingat di olahraga ini, bukan sekadar mengandalkan sport science, tetapi ada juga sport intelligence,” tandas Oka Darmawan.

Ketua Umum Pengprov PCI AA Bagus Tri Candra Arka, berhasil membawa tim cricket juara umum. Bahkan, pria yang akrab disapa Gung Cok ini, juga menjabat Sekum Kodrat Bali, mengantarkan petarung Bali merebut 4 emas. Kini, dia pun dipercaya menjadi Pembinaan Prestasi (Binpres) KONI Bali. “Membina atlet sampai ke jenjang prestasi susah di era mileneal ini, dibandingjan tahun 1980-an,” sebut Gung Cok. Melatih atlet generasi muda supaya disiplin perlu kesabaran dan ketelatenan tinggi. “Terkadang, kami harus menuruti apa kemauan kawula muda untuk refreshing, seperti hiburan nonton bioskop. dan risikonya merogoh kocek sendiri,” paparnya.

Baca juga:  Dari Bentrok di Sesetan Picu Kulkul Bulus hingga Laporan Terhadap Roy Suryo

Dia mencontohkan, pebola voli era dulu, menu latihannya penggenjotan fisik dan stamina keras, baru berlatih teknik main bola. Akan tetapi, di era milenial ini, latihan fisik menjenuhkan dan cukup sebentar, spontan pegang bola. Akibatnya, baru berlatih pebola voli didera cedera, karena fisiknya belum siap. “Untuk 2023 ini, kami fokus menghadapi Pra PON, dan bagaimana kita meloloskan atlet sebanyak-banyaknya ke PON,” jelas Gung Cok.

Potret atlet era milenial ini, juga dibenarkan peselancar gaek I Gusti Made Oka Sulaksana. “Atlet berlatih selancar kurang disiplin, dan ngambul jika berlatih keras. Padahal, kan demi prestasi dia sendiri,” ucapnya.

Karena itu, dia yang ingin pensiun gantung papan selancar, akhirnya tergerak come back dan turun kembali menjadi atlet. “Saya turun di ajang PON delapan kali,” ucap peselancar kelahiran Sanur, 29 April, 1971 ini.

Ia menyumbang satu-satunya emas Bali, di nomor RSX Open, PON Papua 2021. Untuk PON 2024, Oka Sulaksana siap turun lagi asalkan disiapkan alat IQ foil. Oka sendiri langganan mengusung bendera Timnas Merah-Putih pada SEA Games, Asian Games, termasuk empat kali tampil di Olimpiade. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN