DENPASAR, BALIPOST.com – Ngiring Jaga Baline (Mari Jaga Bali). Lirik lagu ini amatlah populer di Bali. Lagu pembuka siaran Bali TV, stasiun TV lokal pertama ini mengajak masyarakat Bali dan semua elemen untuk bersama-sama menjaga Bali.
Menjaga Bali agar tetap ajeg adalah harapan krama Bali. Terlebih kini pada babak akhir shio Macan Air di tahun 2022 dibayangi kegelapan. Elemen bumi diingatkan bahwa pada tahun Kelinci Air di tahun 2023 dibayangi resesi global. Ketidakapastian pascapandemi diperburuk anomali musim dan tekanan hebat di sektor ekonomi. Inilah sinyal awal manusia di bumi menatap peralihan tahun dengan resah.
Bagi krama Bali, kegelapan bukanlah hal baru. Krama Bali sudah teruji dua tahun hidup dalam keterpurukan ekonomi yang amat dalam. Pertumbuhan ekonomi yang rata-rata tahunnya sampai minus sembilan persen bahkan sempat minus 12 persen adalah ujian awal menghadapi tahun gelap tahun 2023. Krama Bali haruslah tetap optimis dan bangkit meskipun analisis para pakar, penguasa dan pelaku ekonomi cenderung menggerogoti optimisme.
Awas dan hati-hati telah berulang kali disampaikan Presiden RI Joko Widodo. Pesan ini tentu sudah berdasarkan kajian dan analisis. Fakta-faktanya tentu telah meyakinkan. Namun, Bali jangan sampai menyerah. Ajeg Bali haruslah tetap berlanjut. Semua elemen hendaknya bersinergi mewujudkan Bali Era Baru. Etos kerja yang tangguh, tulus, ikhlas dan tuntas harus menjadi identitas. Tetaplah berjuang ikhlas mawarat bumi Bali dengan kearifan lokalnya. Ngiring jaga Baline (mari jaga Bali)
Bali Era Baru dengan spirit Nangun Sat Kerthi Loka Bali amatlah layak dan tetap menjadi rujukan menyejahterakan 4,32 juta penduduk Bali. Merujuk data statistik angka penduduk miskin di Bali 205.68 ribu jiwa atau 4,57 persen. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak tahun 2010, jumlah penduduk Bali mengalami penambahan sekitar 426,65 ribu jiwa atau rata-rata sebanyak 42,66 ribu setiap tahun. Dengan luas daratan Provinsi Bali sebesar 5.780,06 kilometer persegi, maka kepadatan penduduk Bali sebanyak 747 jiwa per kilometer persegi. Sejahtera di tanah Bali adalah tanggungjawab kita bersama. Untuk itulah, Bali memerlukan pemimpin berkarakter dan siap ngayah demi tanah leluhurnya.
Krama Bali haruslah tetap yakin bahwa Bali akan bergerak dan terus melaju menjadi gerbang kebangkitan ekonomi nasional. Kini, Bali dengan Ekonomi Kerthi Bali telah merumuskan cetak biru program kerja kebangkitan Bali. Konsep Ekonomi Kerthi Bali yang digaungkan Gubernur Bali Wayan Koster merancang pertumbuhan ekonomi Bali sampai tahun 2045. Pada fase awal tahun 2022-2025 –merujuk buku laporan Bank Indonesia– menyebutkan Bali membutuhkan dana investasi mencapai Rp338,60 triliun. Bahkan, pada rentang 2022 -2045 dana investasi yang diperlukan untuk mewjudkan cetak biru pembangunan ekonomi Bali mencapai Rp8.938,04 triliun.
Bali dengan berbagai jasanya menyelamatkan perekonomian nasional, di tahun 2023 tentu tak boleh lagi terpuruk. Beragam potenasi hambatan dan tantangan dalam menata Bali haruslah diurai secara kompeten dan profesional.
Selain tekanan ekonomi global, pesta politik 2023 sampai 2024 juga harus diwaspadai. Isu sentral demokrasi terkait politik identitas; misinformasi terkait berita bohong (hoaks); dan ujaran kebencian (hate speech) terutama terkait politik identitas akan menjadi tantangan yang memperburuk capaian peta jalan ekonomi.
Dari sisi ekonomi, lonjakan harga, turunnya daya beli, ketersisihan sumber daya manusia (SDM) akan menjadi hambatan serius. Transformasi ekonomi haruslah mempu dijawab Bali dengan menyiapkan SDM tangguh. Kemandirian Bali, secara energi dan swasembada pangan hendaknya benar-benar dikelola.
Bertumpu hanya pada sektor pariwisata sebagai lokomotif ekonomi hendaknya menjadi pelajaran serius bagi Bali. Pariwisata meskipun jadi pengungkit utama ekonomi Bali ternyata memiliki sisi yang amat rapuh. Untuk itu, mengorbankan lahan pertanian demi investasi pariwisata adalah kekonyolan.
Bali harus berhitung cerdas dan memastikan wisatawan di Bali aman dan nyaman. Kemacetan yang menjadi identitas pariwisata Bali saat ini adalah bentuk amburadulnya tata kelola di sektor ini. Beban bumi Bali dengan laju pertumbuhan penduduk dan wisatawannya hendaknya seimbang. Ini perlu perhitungan cerdas dan tata kelola pemanfaatan ruang yang berpihak pada harmoni alam Bali.
Secara kultur dan geopolitik Bali juga akan menjadi salah satu ruang politik yang diperhitungkan. Meskipun dengan jumlah penduduk yang terbatas, namun dukungan dari Bali tetap akan menjadi bandul kemenangan. Untuk itulah sejak dini politisi calon penguasa negeri hendaknya memiliki pemahaman yang utuh terhadap peradaban dan kultur krama Bali. Jangan sampai politik menimbulkan konflik internal yang menghambat sinergi mewujudkan Bali Era Baru. Ajeg Bali dengan pondasi peradaban yang adiluhung haruslah dirawat bersama.
Krama Bali jangan lah terjebak provokasi politik karena ambisi untuk berkuasa. Krama Bali haruslah bersatu untuk mewujudkan harapan krama Bali untuk hidup damai, sejahtera dan aman di tanah Bali. Ambisi kekuasaan yang sampai membuat orang Bali kehilangan jati diri. Konflik internal yang menjadi salah satu identitas pengelolaan pesta demokrasi haruslah dieleminir.
Tokoh masyarakat, politisi dan tokoh pelitik hendaknya menjadi figur terdepan menyuarakan kedamaian dalam berpolitik. Jadilah pemilih yang cerdas dan rasional demi Bali. Jangan korbankan Bali hanya demi ambisi pribadi untuk berkuasa. (kmb/balipost)