Prof. Gede Sri Darma. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata dan ekonomi Bali yang diprediksi moncer di 2023, perlu disikapi dengan hati-hati. Apalagi perang Rusia dan Ukraina belum berakhir karena hal tersebut akan membuat situasi ekonomi di dunia, termasuk Indonesia dan Bali menjadi chaos. Demikian disampaikan akademisi dari Undiknas Prof. Gede Sri Darma, Senin (2/1).

Ekonomi 2023 diprediksi tumbuh di atas 5% karena fundamental ekonomi Indonesia bagus. “Apalagi kita terbebas dari urusan inflasi karena kita jauh dari krisis energi dan krisis pangan, kecuali perang Ukraina dan Rusia semakin memanas, dan kita tidak punya pangan sendiri, itu yang berat. Kalau pertanian kita kuat, kemudian produksi masih bagus, kita tidak lagi bergantung pada negara lain sehingga diyakini tidak akan terjadi krisis di negara kita,” ujarnya.

Baca juga:  Sinyal Resesi Menguat, Ekspor Bali Turun

Namun jika produksi pangan hancur karena faktor cuaca misalnya, semua tanaman pangan yang ditanam para petani mengalami musibah karena cuaca yang tidak bersahabat, bisa saja Indonesia akan mengalami krisis pangan. Sementara faktor cuaca yang memengaruhi pangan di Indonesia kini tengah dimodifikasi oleh BMKG dan BRIN.

Jika modifikasi berhasil dengan berbagai metode modifikasi, Indonesia tidak akan mengalami musibah yang luar biasa. Sementara krisis energi bisa ditanggulangi dengan Energi Baru Terbarukan
(EBT) karena Indonesia kaya sumber daya alam EBT, seperti sinar matahari, meskipun investasinya mahal namun setidaknya Indonesia memiliki modal sumber daya alam (SDA).

Baca juga:  “Cash is King”, Kunci Menghadapi Resesi Ekonomi?

Sri Darma mengungkapkan tidak ada alasan Indonesia dikatakan akan mengalami goncangan, dengan syarat tidak ada perang Rusia dan Ukraina, perang dagang China-AS dan perang akibat geopolitik China AS. “Jika perang terjadi, akan kacau banget, bisa chaos,” ungkapnya.

Prof. Gede Sri Darma menilai Bali harus waspada di tengah kondisi ketidakpastian ini. Ia optimis pariwisata
akan menjadi kekuatan ekonomi di Bali, khususnya karena berbagai indikator.

Seperti wisman China yang diprediksi akan datang ke Bali mengingat sebelum COVID-19, wisman China merupakan yang terbanyak datang ke Bali selain Australia. Ditambah dengan kondisi ekonomi negeri
tirai bambu itu sangat baik dibandingkan negara negara barat.

Baca juga:  Ini Alasannya, Indonesia Disebut Belum Resesi

“China pertumbuhan ekonominya sangat luar biasa, paling tinggi. Kalau daya beli masyarakatnya bagus ditambah dengan lockdown ketat selama beberapa tahun maka ketika dibuka mereka akan jalan-jalan keluar negeri. Kalau mereka jalan-jalan pasti pilih Bali karena Bali selama ini murah banget bagi mereka,” ungkapnya.

Hal itu akan menyebabkan wisman China ke Bali tak terbendung. Apalagi cakupan vaksinasi Bali sangat tinggi. Sementara wisman Eropa juga datang namun perlu diwaspadai Eropa sedang mengalami krisis yang luar biasa. Inflasi yang sangat tinggi bahkan dua negara
di Amerika Latin mengalami inflasi dua digit, sehingga daya beli sangat kurang. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN