DENPASAR, BALIPOST.com – Negara pemasok wisatawan asing terbanyak ke Bali yakni China, dikabarkan per 8 Januari ini akan membuka pintu keluarnya. Ini berarti warga negeri Tirai Bambu tersebut dapat berwisata ke luar negeri, meski kasus Covid-19 masih relatif tinggi.
Bali tidak perlu khawatir untuk menerima wisman asal China, mengingat tingkat kekebalan penduduk dinilai relatif tinggi. Hal tersebut disampaikan Guru Besar Virologi FKH Unud Prof. IGNK Mahardika saat diwawancarai.
Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kekebalan terhadap Covid-19 di beberapa kota di Indonesia,
menurut Prof Mahardika sudah berada di tingkat aman.
Selain itu, kata Prof. Mahardika varian virus yang cukup banyak menular di China sudah ditemukan pula di Bali.
“Ini artinya, tidak ada istilah importasi virus baru, jika ada wisatawan dari China yang datang ke Bali, sebab virus yang ada di China sudah ada di Bali” ujarnya.
Kondisi yang sempat mengkhawatirkan di China,
dimana masih terjadi kasus positif dan kematian tinggi,
itu merupakan dampak dari baru dilonggarkannya mobilitas. “China mengalami fenomena bottle neck, dimana jumlah yang positif tiba-tiba melonjak setelah diterapkan kebijakan pelonggaran mobiltas,” kata Prof. Mahardika.
Selain itu, tingginya angka kematian diduga banyak terjadi pada warga lanjut usia. Berdasarkan kondisi tersebut, menurut Prof. Mahardika, kehadiran wisman asal China tak terlalu dikhawatirkan.
Pemeriksaan secara ketat di Bandara kedatangan tidak lagi menjadi krusial, mengingat varian virus sudah ada di Bali. “Jadi tidak perlu paranoid, namun
kewaspadaan tetap harus dilakukan,” tegasnya.
Yang perlu diperhatikan, lanjut Prof. Mahardika, adalah kesiapan fasilitas kesehatan dalam mengantisipasi
terjadinya lonjakan kasus secara tiba-tiba. “Fasilitas
kesehatan haruslah tetap dipersiapkan dengan baik
untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus,” tegasnya. (Nyoman Winata/balipost)