DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster menyampaikan 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru dalam Pidato Akhir Tahun 2022 sekaligus Menyongsong Tahun Baru 2023 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Denpasar belum lama ini. Menurut Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana, S.Sn., M.Sn., 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru merupakan capaian yang konkret, nyata, dan dirasakan masyarakat Bali.
Apalagi, 44 Tonggak yang sangat fundamental, monumental, sekaligus bersejarah ini sebagian besar sangat genial dan original. Seperti, penguatan desa adat, pemajuan seni budaya, dan juga pemuliaan tradisi dan kearifan lokal Bali.
Menurut mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini, era kepemimpinan Gubernur Koster besama Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjok Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), bidang Kebudayaan telah ditata tuntas, menyeluruh, dan menyemesta. Mulai dari regulasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali dan Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, termasuk belasan Peraturan Gubernur (Pergub) dan Surat Edaran Gubernur.
Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan bahkan dijadikan arus utama dalam pembangunan Bali. Termasuk dalam infrastruktur, yakni Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih dan Pusat Kebudayaan Bali. Prinsip pemajuan seni budaya berorientasi pada tegaknya prinsip berkepribadian bidang kebudayaan, sebagaimana termaktub dalam Ajaran Tri Sakti Bung Karno. Kelembangaan pemerintahan desa adat diperkuat dalam pengelolaan Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Begitu juga kelembagaan Majelis Desa Adat (MDA), gedung kantor dan juga sarana mobil operasional telah disediakan menyeluruh, baik MDA Provinsi, maupun MDA kota/Kabupaten se-Bali.
Lebih lanjut dikatakan, bidang pemajuan seni budaya, sejak 2019 telah dibangun ruang apresiasi dan beragam penghargaan bagi pelaku seni. Mulai dari Bulan Bahasa Bali, Jantra Tradisi Bali dan Perayaan Budaya-budaya Dunia di Bali, serta Festival Seni Bali Jani. Penghargaan terdiri dari Dharma Kusuma dengan peningkatan nilai hadiah, serta penghargaan-penghargaan baru. Diantaranya, Bali Kerthi Nugraha Mahottama untuk Aksara, Bahasa, dan Sastra Bali, Bali Sewaka Nugraha untuk pengabdi seni, Bali Jani Nugraha untuk seniman/kritikus seni kontemporer, dan lain-lain yang seluruhnya diatur dalam Perda Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
“Semua masyarakat Bali merasakan perubahan fundamental yang terjadi dalam 4 tahun terakhir, termasuk perhatian Gubernur Bali pada pembentukan SDM Bali unggul dengan skema beasiswa bagi siswa dan mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Saya memberi apresiasi yang tinggi terhadap capaian prestasi yang gemilang dari pemerintahan Gubernur Bali Dr, Wayan Koster ini,” tandas Prof. Kun Adnyana.
Guru Besar Ilmu Sejarah Asia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. phil. I Ketut Ardhana, M.A., mengatakan tidak ada kata lain yang lebih pas dari kata Matur Suksma (terima kaksih) yang dapat diberikan kepada Gubernur Koster atas keberhasilannya dalam mengemban tugas sebagai seorang Gubernur yang memiliki pemikiran visioner dalam menjalankan tugasnya memimpin Bali. Dikatakan, semua warga Bali baik yang tinggal di Bali maupun di luar Bali merasakan akan keberhasilan yang sudah diraih dalam berbagai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang sudah dicanangkan sejak awal mulainya kepemimpinan sebagai gubernur. Hal ini terutama dapat dikaitkan dengan pelaksanaan 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru yang disampaikan Gubernur Bali saat pidato akhir tahun 2023.
Menurut Prof. Ardhana dalam program yang yang disampaikan itu tidak hanya berhasilkan dituangkan berdasarkan tatanan masyarakat Bali yang bertitik tolak dari filsafat, susila dan upacara. Sehingga, masyarakat Bali merasakan bahwa mereka dilibatkan dalam setiap program kebijakan pembangunan di daerah Bali. Dilihat dari dinamika sejarah Bali masa lalu, memang setiap akhir jabatan seorang pemimpin seprti di Bali misalnya pada masa kolonial biasanya menulis catatan-catatan tentang dinamika yang terjadi dalam kepemimpinannya yang dikenal dengan Memoprie van Overgave (MvO) yang melaporkan tentang keadaan wilayah, manusia, peternakan, perikanan, pertaniuan serta riak-riak sosial yang terjadi pada masyarakat Bali pada masa lalu. Dibandingkan dengan laporan itu, tampak laporan yang dibuatkan tentu untuk kepentingan penguasa kolonial yang bersifat top down, yang tentu berbeda dengan apa yang disampaikan Gubernur Bali.
Menurutnya, laporan pejabat kolonial masa lalu hanya bersifat secara top down (dari sudut pandang penguasa) yang menuliskan laporan berdasarkan data-data kuantitatif. Sementara apa yang disampaikan Gubernur Koster tampak bersifat bottom up, yaitu berdasarkan apa keperluan dan keinginan masyarakat Bali secara keseluruhan. Terlebih laporan Gubernur Koster lebih mengisyaratkan betapa signifikannya masalah nilai-nilai yang berakar dalam kehidupan masyarakat Bali yang berlandaskan tiga kerangka dasar agama Hindu. Yaitu, pemikiran fildafat, susila dan upacara yang memungkinkan berbagai kebijakan yang dicanangkan berhasil menyentuh nilai-nilai paling dasar dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan Bali.
“Program pembangunan yang disampaikan tidaklah seperti menara gading yang menjulang tinggi di tengah-tengah denyutan nadi pembangunan dalam kehidupan masarakat Bali, melainkan program-program yang disampaikan sudah sesuai dengan keinginan masyarakat Bali atau membumi di Bumi Bali. Hal ini terbukti ketika berbagai tantangan dan ancaman yang terjadi di masa lalu seperti merebaknya bencana Covid 19 tampak pemerintah Bali dengan berbagai pemikiran dan perencanaan pembangunan yang strategis dapat merubah situasi yang sangat kompleks itu menjadi sebuah peluang dan kesempatan untuk memikirkan pola pembangunan Bali yang lebih pas dan diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan secara berkesinambungan berlandaskan kebijakan yang dibangun melalui nilai filosifi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’,” ujar Prof. Ardhana.
Tidak hanya itu, apa yang diraih oleh Gubernur Koster dalam menjabat sebagai Gubernur Bali beserta jajarannya, sudah berupaya keras untuk bisa membawa Bali eksis di tengah-tengah gelombang kehidupan masyarakat dunia internasional dewasa ini. Terutama setelah berakhirnya bencana Covid-19. Apa yang sudah dihasilkan ini tentu harus dihargai dengan sebaik-sebaiknya dan hasil-hasil yang sudah dicapai ini tentu menjadi sebuah kajian akademik. Tidak hanya dilakukan oleh kalangan universitas di daerah dan badan-badan riset yang sudah ada, seperti BRIDA, tetapi juga penting dilakukan sebagai sebuah kajian akademik oleh kalangan masyarakat akademik nasional, seperti BRIN dan lembaga-lembaga riset internasional lainnya. Upaya riset-riset inilah yang menjadi landasan penting untuk memperkuat tonggak-tonggak pembangunan Bali yang sudah dilaksanakan sebelumnya sehingga dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
Sementara saat ini, fakta-fakta keberhasilan dari program pembanguan Gubernur Koster sudah diberikan. Dan ini merupakan benang merah yang jelas tentang apa yang direncanakan, dilaksanakan, dan akhirnya dapat dievaluasi berdasarkan seberapa jauh program yang dicanangkan itu berhasil menyentuh harapan dan impian masyarakat Bali menuju kehidupan yang lebih baik. Tulidak hanya pada masa kini, tetapi masa yang akan datang.
“Di sinilah keberhasilan Gubernur Koster menunjukkan kepada masyarakat di daerah Bali dan di manapun mereka berada dan sekaligus kepada pemerintah pusat di Jakarta, bahwa Bali yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berakar pada peradaban dan kebudayaan masa lalu, ternyata memberikan bukti bahwa ketika terjadi tantangan, ancaman baik yang berkaitan dengan masalah sosial budaya, ekologi seperti climate change, dan agenda pertemuan nasional dan internasional seperti G20, dengan berbagai dampak yang diberikan tampak masyarakat Bali mampu mengadopsi dan mengadaptasi dengan kemampuan budaya lokal yang dimilikinya, sehingga semua warga Bali dapat merasakan manfaatnya untuk pembangunan Bali yang berkelanjutan di masa yang akan datang,” tandasnya.
Semua pencapaian yang diraih Gubernur Koster, menurutnya merupakan suatu keberanian seorang Gubernur Koster dalam mengemban amanat rakyat Bali untuk membawa kebijakan pembangunan Bali yang tidak salah arah. Melainkan dicanangkan sesuai dengan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau warga Bali. “Dan sekarang tampak terbukti mampu mencapai target-target yang sudah direncanakan dalam upaya meletakkan fondasi pembangunan Bali Era Baru di masa kini dan masa yang akan datang,” pungkasnya. (Kmb/Balipost)