JAKARTA, BALIPOST.com – Nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan di Desember. Jumlahnya mencapai 23,83 miliar dolar AS atau naik 6,58 persen dibanding periode sama di tahun sebelumnya. Demikian catatan dari Badan Pusat Statistik.
Namun, hasil ekspor ini mengalami penurunan jika dibandingkan bulan sebelumnya. “Ini turun 1,10 persen dibanding ekspor November 2022,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Senin (16/1).
Margo menyebutkan, ekspor nonmigas mencapai 22,35 miliar dolar pada Desember 2022, naik 4,99 persen jika dibandingkan dengan ekspor nonmigas Desember 2021, tapi turun 2,73 persen dibanding November 2022.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Desember 2022 mencapai 291,98 miliar dolar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama 2021. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai 275,96 miliar dolar atau naik 25,80 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2022 terhadap November 2022 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar 483,1 juta dolar (9,44 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada nikel dan barang daripadanya sebesar 220,0 juta dolar (41,50 persen).
Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari hingga Desember 2022 naik 16,45 persen dibanding periode yang sama 2021. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 10,52 persen, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 71,22 persen. “Ekspor nonmigas Desember 2022 terbesar adalah ke Tiongkok, yaitu sebesar 5,79 miliar dolar, disusul Jepang sebesar 2,08 miliar dolar dan Amerika Serikat sebesar 2,06 miliar dolar dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,39 persen,” kata Margo.
Sementara itu, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar 4,28 miliar dolar dan 1,64 miliar dolar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari hingga Desember 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 38,59 miliar dolar (13,22 persen), diikuti Kalimantan Timur sebesar 36,46 miliar dolar (12,49 persen) dan Jawa Timur sebesar 24,75 miliar dolar (8,48 persen). (Kmb/Balipost)