DENPASAR, BALIPOST.com – Serangkaian tradisi Ngerebong, Desa Adat Kesiman menggelar parade penjor kreasi. I Ketut Wisna selaku Bendesa Adat Kesiman, menyampaikan bahwa 32 seka taruna atau kelompok pemuda di banjar mengikuti parade.
Ada puluhan penjor yang dipasang di sejumlah titik. “Total ada 32 penjor dan sudah ditentukan titik-titiknya di mana. Ada di lokasi utama pura dan di tengah, dengan ukurannya sudah ditentukan dan kreativitasnya dipersilakan,” katanya, Sabtu (21/1) dikutip dari Kantor Berita Antara.
Wisna menjelaskan bahwa parade penjor merupakan salah satu upaya dalam mengarahkan generasi muda di Bali terutama Desa Adat Kesiman untuk merawat tradisi di era moderen. Parade penjor kreasi yang dilaksanakan pada saat upacara Ngerebong setiap enam bulan sekali itu akan dinilai oleh ahli penjor di Kota Denpasar, dengan salah satu syarat adalah ukuran tinggi penjor 10 meter.
“Karena kena angin kencang dan lainnya, sekarang kita batasi 10 meter. Dulu ada yang sampai 18 meter, tapi sekarang untuk menghindari risiko seka taruna terima, asalkan tidak dilarang untuk berkreativitas,” ujar Wisna.
Pemimpin di Desa Adat Kesiman itu menyampaikan bahwa tahun-tahun sebelumnya setiap penjor memiliki keunikan dan konsep yang jelas, salah satunya konsep tata dewa dengan paduan warna merah, hitam, dan putih.
Selama satu minggu ke depan, 32 penjor besar hasil karya kelompok pemuda di Desa Adat Kesiman akan dipajang dan menghiasi sepanjang jalan WR. Supratman, Denpasar Timur.
“Untuk yang diperebutkan dari parade penjor justru bukan hadiahnya, mereka disebut sebagai juara 1 saja sudah luar biasa bangga. Yang juara akan dapat trofi dan uang pembinaan, mungkin dari pembuatan penjor tidak sebanding nilainya tapi yang penting bagaimana bisa mengekspresikan kreativitas,” kata dia.
Selain memberi kesempatan kepada kelompok pemuda, Wisna menyampaikan bahwa pelaksanaan tradisi Ngerebong kali ini turut melibatkan sekitar 70 umkm kuliner.
Dulunya, kata dia, Ngerebong memang dikenal sebagai kegiatan perpaduan upacara agama Hindu dan kegiatan kemasyarakatan.
Bahkan, tradisi tersebut telah terdaftar sebagai warisan budaya menurut Kemendikbudristek.
“Harapan kami dari Desa Adat Kesiman agar warisan budaya tak benda ini dikuatkan dan dirawat, karena Bali tidak punya hasil alam, hanya punya pariwisata berbasis adat budaya,” tuturnya.
Maka dari itu, Wisna mengajak 1.493 desa adat di Bali agar melakukan hal serupa, dan tradisi Ngerebong sendiri menjadi wadah masyarakat di seluruh Desa Adat Kesiman bertemu dan mempererat kekeluargaan. (kmb/balipost)