Ilustrasi - Sejumlah petugas melakukan pengambilan sampel pada babi terkait serangan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Africa yang menyerang ternak babi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. (BP/Ant)

KUPANG, BALIPOST.com – Seluruh tenaga medik veteriner atau kesehatan hewan dikerahkan Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, untuk mengedukasi peternak untuk mencegah penyakit flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di daerah itu.

“Kami mengerahkan seluruh tenaga medik veteriner atau kesehatan hewan yang ada di dinas dan di pusat kesehatan hewan (puskeswan) melakukan penyuluhan tentang biosecurity kepada masyarakat peternak dalam mencegah penyakit ASF,” kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebast Sina Kleden ketika dihubungi dari Kupang, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (24/1).

Baca juga:  Sejumlah Pantai di Thailand Dibuka Kembali

Ia menyampaikan hal itu berkaitan upaya mencegah meluasnya penularan penyakit ASF yang telah menyerang ternak babi milik masyarakat di Kabupaten Flores Timur.

Sina Kleden menjelaskan hingga saat ini sudah 30 ekor babi yang mati akibat ASF di Flores Timur yang dimiliki kelompok peternak di Kelurahan Lohayong dan Kelurahan Pukentobi Wangin Bao.

Oleh sebab itu, kata dia, fokus penanggulangan diprioritaskan pada langkah pencegahan mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk penyakit ASF. “Salah satunya melalui edukasi langsung terkait biosecurity kepada para peternak agar ternak babi mereka tidak terserang penyakit ASF,” katanya.

Baca juga:  Budidaya Belatung BSF untuk Pakan Ikan dan Unggas

Selain edukasi, pihaknya juga memberikan tambahan vitamin untuk kekebalan babi serta mengarahkan terkait kebersihan kandang juga pengawasan pakan ternak. “Kami juga melakukan tindakan vaksinasi penyakit hog cholera karena gejala penyakit ini mirip dengan penyakit ASF,” katanya.

Sina Kleden kembali mengingatkan peternak atau warga yang memiliki ternak babi di daerah itu agar mengikuti imbauan yang telah disosialisasikan para tenaga medik.

Ketika warga melihat munculnya gejala-gejala kelainan pada ternak, kata dia, segera menghubungi dokter hewan terdekat di puskeswan. “Jika ada ternak yang mati harus segera dikuburkan dan tidak boleh dibuang ke sembarang tempat karena akan mempercepat penularan,” katanya. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Sampai Saat Ini, Sampel Darah Babi Mati Mendadak Belum Keluar Hasilnya
BAGIKAN