DENPASAR, BALIPOST.com – Ketergantung Bali terhadap satu sektor pariwisata, di nilai tidak berimbang dan tidak memperhatikan potensi ekonomi lokal lainnya. Bahkan sangat jauh tertinggal. Oleh karena itu, Gubernur Bali, Wayan Koster memgeluarkan konsep Ekonomi Kerthi Bali sebagai strategi peningkatan ketahan ekonomi Bali.
Konsep Ekonomi Kerthi Bali terdiri atas 6 pilar sektor unggulan. Diantaranya, sektor pertanian dalam arti luas dengan sistem pertanian organik, sektor kelautan dan perikanan, sektor industri manufaktur dan industri berbasis Bmbudaya branding Bali, sektor IKM, UMKM, dan koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital, dan sektor pariwisata. Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur monumental yang telah dan sedang dibangun Gubernur Koster juga sebagai upaya peningkatan ketahanan ekonomi Bali ke depan.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa (FEB Unwar), Dr. I Made Sara, S.E.,M.P., mengatakan bahwa konsep Ekonomi Kerthi Bali yang dikeluarkan oleh Gubernur Koster merupakan konsep yang sangat strategis bagi menjaga ketahanan ekonomi Bali. Sebab, ketergantungan Bali pada sektor pariwisata dinilai tidak berimbang. Bahkan, tidak memperhatikan potensi ekonomi lokal lainnya. Sehingga, ketika sektor pariwisata dilanda bencana seperti pandemi Covid-19, ekonomi Bali terguncang. Padahal, sektor ekonomi lokal lainnya bisa dikembangkan.
“Inilah alasan Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster memandang perlu transformasi pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kebudayaan yang dimiliki Bali untuk membangun fundamen ekonomi Bali berwawasan Tri Hita Karana yang dijiwai roh Agama Hindu yang harmonis, berlandaskan kearifan lokal, ramah lingkungan, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali. Cita-cita ini tentu sangat luhur bagi kita sebagai orang Bali, dan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mendukung program ini,” tandas Made Sara, Selasa (7/2).
Made Sara mengakui bahwa masyarakat Bali pernah merasakan perekonomian Bali didominasi sektor pariwisata (56,78%). Sedangkan kontribusi sektor lainya relatif sangat kecil bahkan berpotensi semakin menurun. Seperti sektor pertanian (9,24%), sektor kelautan/perikanan (4,21%), sektor industri (14.63%), dan sektor lain (15,14%). Namun, dampak backwash effect dan spread effect yang diharapkan dari perkembangan pariwisata tidak berjalan sesuai harapan. Ini menjadi kekawatiran yang telah membentuk mindset masyarakat kita. Sehingga, jika kita ingin menjadikan Ekonomi Kerthi Bali sebagai suatu upaya peningkatan ketahanan ekonomi Bali dibutuhkan komitmen yang kuat dari para pemimpin Bali, baik dikedinasan maupun diadat.
“Sangat diperlukan konsep dualitas adat dan dinas dalam menyusun regulasi dan perencanaan pembangunan Bali sebagai implementasi dari pembangunan Ekonomi Kerthi Bali menuju pada untuk mewujudkan Bali berdikari dalam bidang ekonomi yang dibangun dan dikembangkan berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sat Kerthi,” tandasnya.
Sementara itu, pembangunan infrastruktur monumental Bali yang dilakukan Gubernur Koster juga sebagai strategi untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Bali. Menurut, Guru Besar STIMI Handayani Denpasar, Prof. Dr. Ida Bagus Gede Udiyana, S.E.,M.Si.,Ak., pembangunan infrastruktur yang dibangun akan meningkatkan kualitas destinasi wisata dan kualitas pelayanan, khususnya kenyamanan dan keamanan menuju obyek wisata. Sehingga, citra pariwisata Bali akan meningkat dimata wisatawan dunia.
Kendati demikian, perlu strategi diversifikasi sektor usaha, misalnya sektor UKM, peternakan, perikanan dan industri hijau (kendaraan listrik). Dimana, pemerintah menyediakan infrastuktur implementasi terkait dengan sektor UKM, peternakan, perikanan, dan industri hijau ini. Sehingga menarik minat investasi disektor bersangkutan. Sebab, infrastruktur yang dibangun saat ini hanya menunjang disektor pariwisata dan pendukung lainnya. Sehingga tidak efektif dan mengandung resiko besar apabila terdampak bencana. Seperti, Covid-19, perang, serangan teroris, dan bencana lainnya yang tidak dapat diprediksi dan dikendalikan. Ini akan berdampak fatal bagi masyarakat Bali yang sebagian besar tergantung dari sektor pariwisata dan turunannya.
“Perlu dilakukan saat ini pembangunan infrastruktur diarahkan kepada sektor sektor diluar pariwisata yang dapat menarik investasi disektor UMKM, khususnya memiliki peluang untuk diekspor, hilirisasi peternakan, perikanan dan n industri hijau dimana akan dapat mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata dan turunannya,” tandas Prof. Udiyana.
Prof. Udiyana, mengakui dengan konsep Ekonomi Kerthi Bali yang terdiri atas 6 pilar sektor unggulan ini, Gubernur Koster telah memiliki strategi untuk meningkatkan ketahanan Bali ke depan dengan menemoatkan sektor. pariwisata berada para urutan terakhir. Justru sektor pertanian dalam arti luas dengan sistem pertanian organiknya berapa paling depan. Menyusul sektor kelautan dan perikanan, sektor industri manufaktur dan industri berbasis Bmbudaya branding Bali, sektor IKM, UMKM, dan koperasi, dab sektor ekonomi kreatif dan digital. (Kmb/Balipost