Stok beras di Gudang Bulog. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bank Indonesia memprakirakan terdapat beberapa risiko tekanan inflasi, antara lain bersumber dari keterbatasan stok beras karena masih dalam musim tanam padi, keterbatasan produksi hortikultura akibat curah hujan yang masih tinggi di Februari 2023. Akibatnya, stok beras di Bali makin menipis.

Kepala Bulog Bali, Budi Cahyanto, Rabu (8/2) mengatakan, stok saat ini masih cukup untuk kebutuhan operasi pasar beras untuk program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sampai dengan pertengahan Maret 2023. Makanya dia tak menampik ada kenaikan harga beras yang membutuhkan tambahan suplai ke pasar-pasar.

Baca juga:  Pencarian Nelayan Hilang Dihentikan

Dalam periode dua minggu ke depan Bulog Bali akan terus memasok ke pasar- pasar dan termasuk ke distributor di seluruh Bali. Jika dalam periode 2 minggu tersebut masih tinggi, Bulog Bali telah juga mendapat kepastian pasokan dari Bulog Jatim sebanyak 2.000 ton.

Ketua Perpadi Bali A.A. Made Sukawetan mengatakan, awal tahun ini lonjakan harga beras masih terus berlanjut dan kemungkinan baru akan kembali berangsur turun pada bulan Maret 2023 yang merupakan musim panen raya. ”Saat ini panen memang sedikit, sehingga itu membuat harga gabah dan harga beras ini menjadi naik,” ujarnya.

Baca juga:  Bangli akan Bangun Sentra IKM Kopi di Catur

Di sisi lain, tambahnya, lonjakan harga beras ini juga disebabkan  Bali tidak menerima masuknya beras impor yang kerannya sudah dibuka oleh pemerintah pusat saat ini. Meski begitu, tegasnya, lonjakan harga beras yang sudah menyentuh Rp10.700 per kg Rp10.800 per kg di tingkat penggilingan dan di kisaran Rp287.500 per sak (25 kg) di tingkat pedagang ini bukan merupakan level harga tertinggi yang pernah terjadi selama ini, karena pengalaman tahun-tahun sebelumnya harga beras ini pernah bercokol di level Rp12.000 per kg dan kembali turun seiring adanya musim panen. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Kapal Pengangkut Beras Nyaris Tenggelam
BAGIKAN