ANKARA, BALIPOST.com – Para pekerja dari semua sektor di Prancis terus menolak rencana reformasi yang telah diungkap pemerintah pada Januari lalu. Lebih dari 2,5 juta orang di negara tersebut, Sabtu (11/2), memprotes reformasi pensiun. Demikian laporan media mengutip konfederasi serikat pekerja Confédération Générale du Travail (CGT), dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (12/2).
Menurut koran Le Figaro, CGT mengklaim pada demonstrasi akhir pekan itu, 2,5 juta orang turun ke jalan sedangkan Kementerian Dalam Negeri mencatat jumlah pengunjuk rasa hanya mencapai 963.000 orang.
Jumlah demonstran yang turun pada aksi Sabtu, menurut CGT, itu lebih rendah dibandingkan dengan protes 31 Januari. Ketika itu, CGT mengklaim ada 2,8 juta orang yang turun ke jalan untuk memprotes rencana pemerintah tersebut.
Namun, jumlah pengunjuk rasa pada Sabtu itu lebih tinggi dari angka yang diklaim CGT pada protes tanggal 19 Januari dan 7 Februari, yakni sekitar dua juta orang.
Polisi menghitung jumlah demonstran di Paris mencapai 93.000 orang. Di ibu kota Prancis itu, menurut Le Figaro, sempat pecah perkelahian antara demonstran dan aparat keamanan. Koran tersebut menyebutkan 10 orang ditangkap dan seorang polisi terluka di bagian mata.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, Jumat (10.2), menulis di akun media sosial Twitter bahwa sebanyak 10.000 orang polisi, termasuk 4.500 di antaranya di Paris, diturunkan untuk mengamankan aksi protes.
Rencana reformasi sistem pensiun yang telah memicu kemarahan publik itu antara lain berisi rencana menaikkan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun pada 2030 serta tuntutan setidaknya 43 tahun bekerja untuk memenuhi syarat pensiun penuh. (Kmb/Balipost)