Petani memanen padi. (BP/Dokumen)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Beberapa hari terakhir harga beras di pasar tradisional dan pasar modern  merangkak naik. Di Buleleng saat ini beras kualitas bagus menembus harga Rp 13.000 tiap 1 kilogram.

Di tengah kenaikan harga beras itu, stok cadangan beras di tingkat penggilingan padi saat ini mulai menipis. Bahkan, sebagian besar penggiling padi di Bali Utara telah kehabisan stok beras.

Data yang diolah Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Buleleng menunjukan, dari sebanyak 13 pengusaha yang terdaftar saat ini jumlah stok cadangan beras sebanyak 10,65 ton. Stok ini dipastikan akan semakin berkurang untuk memenuhi permintaan di pasaran.

Rata-rata di tingkat penggilingan padi sekarang memiliki stok cadangan beras dengan jumlah bervariasi mulai dari 0,5 ton, 2, hingga yang paling banyak penggilingan memiliki stok cadangan beras sebanyak 7 ton saja. Sedangkan penggilingan lain telah kehabisan stok beras. Parahnya lagi, jumlah stok cadangan beras yang tersedia ini akan semakin menipis untuk memenuhi kebutuhan beras di tingkat pedagang pengecer di pasar tradisional dan pasar moderen.

Baca juga:  Pengembang Perumahan di Pengastulan dan Warga akan Dimediasi Lagi

Ketua Perpadi Buleleng Putu Oka, Selasa (14/2) tidak menampik kalau stok cadangan beras di Buleleng menipis. Situasi ini mulai terjadi sekitar 1 minggu yang lalu.

Berdasarkan pengamatannya di lapangan, sebagian besar pengelola penggilingan terus menjual beras saja. Sebaliknya, pembelian gabah dari hasil panen petani sangat minim. Bahkan, ada penggilingan yang tidak dapat membeli gabah dari petani di Bali Utara.

Dia mencontohkan, subak di Kecamatan Seririt pada bulan ini akan memasuki masa panen dengan produksi gabah kering panen (GKP) sekitar 200 ton. Kemudian di Kecamatan Buleleng juga melaksanakan panen dengan produksi GKP-nya antara 10 sampai 100 ton saja. “Dari anggota yang terdaftar saja sekarang sudah sebagian besar tidak punya stok beras, dan hanya satu dua saja masih ada stok beras. Sebelumnya terus menjual beras dan membeli gabah dari petani yang melakukan panen sangat sedikit,” katanya.

Baca juga:  Tim Relawan Prabowo – Gibran Siap Kawal Pembangunan Bandara di Bali Utara

Mengantisipasi kekosongan stok cadangan beras hingga memasuki panen raya pada Maret 2023 mendatang, pihaknya bersama anggotanya berupaya untuk menyerap gabah dari petani luar Buleleng. Ini rencananya dilakukan dengan membeli gabah dari hasil panen petani di Kabupaten Jembrana. Di mana, berdasarkan harga gabah di pasaran Rp 6.200 perkilogram. Hanya saja, penyerapan gabah dari Gumi Mekepung itu belum bisa dilakukan karena cuaca ekstrem belakangan ini.

Baca juga:  Masih Ingin Bangun Bandara di "Off Shore" Kubutambahan, BIBU Beber Keuntungannya

Selain itu, Perpadi Buleleng juga telah melakukan negosiasi pembelian gabah dari luar Bali, tepatnya dari gabah akan didatangkan dari Bojonegoro. “Semoga saja cuaca segera mendukung, sehingga kita bisa membeli gabah dan stok beras yang kini kosong bisa ditangani dan diserap pedagang di pasaran,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Made Sumiarta mengatakan, sampai tahun 2022 yang lalu, luas lahan sawah bisa ditanami (luas tanam) tercatat 17,7 hektar lebih. Kemudian luas sawah yang bisa dipanen (luas panen) tercatat 17,2 hektar lebih. Pada tahun yang sama, dari areal sawah itu menghasilkan GKP sebanyak 129 ton lebih. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN