JAKARTA, BALIPOST.com – Masyarakat agar mengenali penyakit influenza dan Flu Burung yang kini terjadi di Kamboja dan beberapa negara lain, untuk diwaspadai di Indonesia. Hal itu dikatakan Pakar ilmu kesehatan yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (2/3).
“Sehubungan berita Flu Burung yang sudah menyebabkan kematian di negara ASEAN Kamboja, dan berbagai pertanyaan tentang kemungkinan penyebarannya, maka ada tujuh hal tentang influenza,” kata Tjandra Yoga Aditama yang dikonfirmasi di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (2/3).
Pertama, influenza disebabkan oleh virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyematkan nama virus dengan huruf awalan “H” yang diikuti kode lanjutan, dan “N” disertai kode lanjutan berupa huruf maupun angka.
Kedua, sesudah pandemi flu terbesar dengan korban yang relatif banyak pada 1918, kata Tjandra, saat ini sudah muncul tiga pandemi influenza, yaitu H2N2 pada 1956–1957, H3N2 pada 1968, dan H1N1 pada 2009.
“Ketiga, para pakar dunia memperkirakan bahwa pandemi sesudah COVID-19 kemungkinannya karena tiga penyakit, yakni zoonosis, penyakit X, dan influenza, entah H berapa dan N berapa,” katanya.
Keempat, kata Tjandra, virus influenza yang menyerang burung atau unggas adalah jenis virus influenza tipe A, lima di antaranya juga menyerang manusia, yaitu virus H5, H6, H7, H9, dan H10.
“Kelima, dari berbagai jenis virus di atas, yang paling banyak menjadi masalah pada manusia adalah A(H5N1) dan A(H7N9),” kata Tjandra yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.
Keenam, jenis virus influenza lain yang juga dilaporkan menyerang manusia adalah HPAI A(H5N6) dan LPAI A(H9N2), serta pada 2021 dilaporkan juga jenis H5N8 menyerang manusia di Rusia.
“Ketujuh, kita memang belum dapat memprediksi secara pasti apakah H5N1 di Kamboja dan beberapa negara lain akan terus merebak atau tidak, tapi jelas kita perlu amat waspada, jangan sampai lengah yang mungkin saja berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI telah menerbitkan surat edaran kepada seluruh pemerintah daerah untuk mewaspadai gejala kematian hewan atau unggas dalam jumlah banyak yang berlangsung dalam satu waktu. Kejadian itu perlu diwaspadai melalui koordinasi dengan Kementerian Pertanian serta penyelenggara laboratorium kesehatan.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan risiko infeksi Flu Burung atau H5N1 terhadap manusia masih dikategorikan rendah, dan belum ada laporan kejadian infeksi dari manusia ke manusia. “Belum ada kejadian transmisi pada manusia ke manusia. Baru pada unggas itik,” katanya.
Sebagai bentuk kewaspadaan, Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Nomor PV.03.01/C/824/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4.4b yang ditetapkan pada 24 Februari 2023 menginstruksikan seluruh pemangku kepentingan di daerah untuk mengaktifkan fasilitas kesehatan untuk penatalaksanaan kasus suspek flu burung sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
Selain itu, dinas kesehatan juga perlu meningkatkan kapasitas labkesmas untuk pemeriksaan sampel dari kasus dengan gejala suspek flu burung. “Kegiatan surveilans dan Tim gerak Cepat (TGC) terutama dalam mendeteksi sinyal epidemiologi di lapangan, juga perlu ditingkatkan,” katanya. (Kmb/Balipost)