AMLAPURA, BALIPOST.com – Keluhan 17 orang wisatawan mancanegara (wisman) yang menyampaikan protes soal suara kokok ayam di pagi hari, ditanggapi Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun. Ia mengatakan bahwa pihaknya telah mempertemukan pemilik ayam dan pemilik penginapan di kawasan Jimbaran, tempat para WNA itu tinggal untuk berdiskusi dan menyampaikan hasilnya ke para wisatawan terkait.
Atas kejadian tersebut, kata dia, pemerintah provinsi akan menata kembali agar pariwisata lebih tertib. Termasuk bagi wisatawan untuk memahami kearifan lokal yang ada di Bali.
“Wisatawan itu kalau memang dia mau tinggal di tempat kawasan pemukiman, dia harus mengikuti apa yang menjadi kearifan lokal. Kalau memang warga di sana memelihara ayam itu biasa, ‘kan bukan sebagai peternak yang besar-besaran,” kata Tjok Bagus di Karangasem, dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (7/3).
Menurutnya, suara kokok ayam merupakan hal yang biasa terdengar di pemukiman warga di Pulau Dewata. Dia mengakui protes para wisma sejak pekan lalu itu menjadi fenomena baru bagi dunia pariwisata Bali.
Padahal, kata dia, para wisman yang menginap di dekat Gedung Fakultas Pertanian Universitas Udayana itu telah menempati penginapan tersebut sejak sebelum pandemi untuk tinggal lama (longstay). “Sudah disampaikan ke wisatawannya bahwa kalau di Bali, masyarakat pada umumnya memelihara ayam aduan, anjing, burung dan kucing. Kalau Anda mau tinggal di tempat lain, silahkan di hotel, sudah ditawarkan,” ujarnya.
Kepada media, Tjok Bagus menjelaskan bahwa suara ayam berkokok tersebut berasal dari seberang tempat menginap para wisman. Pemilik tujuh ekor ayam di tempat itu adalah kerabat pemilik penginapan.
“Yang protes, satu orang wisman Amerika, (para wisman) yang (dari) Rusia ikut, jadi totalnya 17 WNA yang komplain. Jadi, yang punya akomodasi dan yang punya ayam itu bersaudara. Dia (WNA) bilang kalau menginap di hotel mahal, sementara itu kos-kosan, ada sembilan kamar dan diisi WNA tersebut,” jelas Tjok Bagus. (kmb/balipost)