DENPASAR, BALIPOST.com – Maraknya wisatawan asal Rusia dan Ukraina ke Bali dan negara ASEAN lainnya guna menghindari konflik di negaranya yang sedang berperang. Namun, sayang mereka sering berbuat ulah hingga Gubernur Bali Wayan Koster mengusulkan agar Visa On Arrival (VOA) dikaji untuk dihapus bagi kedua wisman negara tersebut.
Ketua Asita Bali, Putu Winastra, Selasa (14/3) mengatakan, wacana Gubernur Bali melarang wisman berkendara sendiri dan usulan menutup VOA untuk wisatawan Rusia dan Ukraina, patut didukung selama untuk kebaikan. “Namun demikian harus dikaji secara komprehensif dan banyak hal yang harus dilakukan. Misalnya, kalau tidak boleh begini atau begitu, maka harus ada solusi. Kalau berkendaraan sendiri, perusahaan rental harus berizin dan SOP diterapkan, dan law enforcement harus tegas dan jangan lemah,” tandasnya.
Ia sendiri mengapresiasi upaya Gubernur Bali untuk membentuk Satgas Gabungan yang terdiri dari pemerintah, instansi terkait dan asosiasi. Satgas ini diharapkan bekerja optimal untuk menindak pelanggaran – pelanggan WNA yang datang ke Bali, termasuk WNA yang datang dengan tujuan berbisnis apalagi bisnisnya ilegal, maka law enforcement harus ditegakkan. “Kalau aturan ditegakkan, mereka tidak akan berani melanggar. Dengan penindakan tegas terhadap pelanggaran juga dapat memberi shock terapi pada WNA lainnya,” ujarnya.
Selain itu penindakan yang telah dilakukan juga harus diviralkan, tidak hanya memviralkan kasus atau pelanggaran yang dilakukan. “Asita Bali mendukung kebijakan demi keamanan dan kenyaman Bali sebagai destinasi wisata dunia,” ujarnya.
Asita Bali dikatakannya akan mengkaji anggotanya yang meng-handle wisman Rusia dan Ukraina. Usulan Gubernur Koster tersebut menurutnya perlu dikaji secara komprehensif. Sebab Visa tidak serta merta bisa dikeluarkan maupun dicabut.
Diakuinya Asita Bali memang mempunyai divisi atau pangsa pasar Rusia dan Ukraina, maka dari itu ia akan menggelar meeting bersama anggota untuk meminta data, berapa wisatawan Rusia dan Ukraina yang di-handle Asita, seperti apa pola perjalanannya.
“Kalau selama ini anggota Asita clear meng-handle wisatawan Rusia dan Ukraina sesuai dengan tujuan yaitu berlibur. Maka yang selama ini datang dan berulah, bukan melalui Asita. Jadi kami harus berikan data akurat komprehensif tidak asal berwacana saja,” ujarnya.
Ia memahami apa yang disampaikan Gubernur bahwa Bali sebagai destinasi wisata, Bali harus aman dan nyaman dikunjugi. Maka dari itu wisatawan yang datang ke Bali harus sesuai aturan yang ada. Wisatawan yang datang juga disarankan menggunakan jasa travel agen karena memiliki legalitas termasuk mobil atau transportasi yang digunakan berizin.
“Karena ketika wisatawan di-handle perusahaan yang tidak ada legalitasnya, justru yang bertanggung jawab adalah pemerintah dan destinasi menjadi rusak,” ujarnya.
Bagi dia, setiap orang boleh berusaha asal legalitas dipenuhi dan wisatawan yang menggunakan jasa mereka harus mengikuti SOP atau aturan yang berlaku di Bali atau di Indonesia.
Di samping itu, ketika menyewa kendaraan, baik sepeda motor atau mobil, BBM yang digunakan harus BBM non subsidi karena BBM subsidi diperuntukkan untuk masyarakat. Kondisi–kondisi ini harus segera ditertibkan oleh pemerintah melalui instansi terkait.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah wisatawan Rusia kini menduduki peringkat kedua tertinggi yang datang ke Bali berdasarkan data Januari 2023, yaitu sebanyak 22.104 orang. Sedangkan persentase kenaikan tertinggi dicatat oleh wisatawan asal Korea Selatan. Namun, perubahan yang terlihat signifikan adalah wisatawan Rusia yang sebelumnya tidak masuk lima besar wisatawan tertinggi ke Bali, pada Januari 2023, menjadi wisatawan tertinggi kedua yang datang ke Bali. (kmb/balipost)