Sejumlah pemuda mengarak ogoh-ogoh saat parade ogoh-ogoh Kesanga Festival di Denpasar, Bali, Sabtu (18/3/2023). Kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Denpasar tersebut menampilkan 13 ogoh-ogoh anak PAUD dan 12 ogoh-ogoh terbaik se-kecamatan di Denpasar untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kegiatan pawai ogoh-ogoh sebagai rangkaian menjelang Hari Suci Nyepi menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata. Apalagi, pawai ogoh-ogoh digelar setahun sekali. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun, Senin (20/3).

Selain pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan di seluruh kabupaten/kota itu, Tjok Bagus menilai kondisi Nyepi yang tenang dan menghadirkan udara sehat turut menjadi daya tarik. “Kalau Nyepi dengan ogoh-ogoh memang mereka (wisatawan mancanegara) sangat antusias, karena ini memang unik dan memberikan kesan sehat. Seperti yang saya bilang, ke depannya destinasi wisata yang diharapkan aman, sehat dan akhirnya mereka nyaman tinggal,” ujarnya dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Pungutan Wisman akan Digunakan untuk Pelestarian Bahasa Bali

Kepala Dispar Bali itu memprediksi saat Nyepi rata-rata okupansi hotel seluruh Bali dapat mencapai 45-50 persen. Untuk saat ini keterisian kamar masih berada di angka 40 persen.

Meski demikian, Tjok Bagus tetap mengimbau agar pihak hotel atau akomodasi tidak menggunakan kata Nyepi atau unsur dan simbol keagamaan sebagai nama promosi, agar tidak berdampak terhadap tradisi dan menimbulkan kekeliruan di wisatawan.

Baca juga:  Mei 2022, Bali Duduki Peringkat Pertama Penyumbang Wisman

“Nanti dikira paket Nyepi itu orang bisa keluar, konotasinya jadi membuat begitu. Saya minta juga pelaku pariwisata itu, soalnya ini kan persaingan destinasi begitu ketat ya sekarang,” katanya sambil menyarankan agar menggunakan nama hotel dengan paket 3 hari 2 malam sebagai contohnya.

Terhadap wisatawan mancanegara yang memutuskan mengikuti Hari Suci Nyepi Caka 1945 yang jatuh pada Rabu, 22 Maret 2023, Tjok Bagus mengimbau agar turut menjaga nilai budaya Hindu. Hal tersebut seperti larangan keluar dari penginapan, larangan menimbulkan keributan atau suara bising dan terkait pencahayaan seperti tertuang dalam Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, Amati Lelanguan.

Baca juga:  Bantu Pemulihan Ekonomi, Dubes Inggris akan Kunjungi Bali

“Kan orang asing suka tenang, seperti kemarin (isu) kokok ayam saja. Kan mereka harus dapat tenang dan sehat tentu harus mempersiapkan seperti ini loh kondisi Nyepi. Pihak akomodasi manapun harus sudah menginformasikan bagaimana aturan Catur Brata Penyepian,” kata Kepala Dispar Bali itu.

Ia juga mengakui bahwa sejauh ini wisatawan mancanegara yang memutuskan mengikuti rangkaian Nyepi dapat melaksanakan dengan baik. Apabila terjadi pelanggaran, di seluruh tempat telah disiagakan penjaga dan pecalang. (kmb/balipost)

BAGIKAN