Kios di anjungan Penelokan, Kintamani yang selesai dibangun 2022 masih kosong karena belum ada penilaian harga sewa. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Sejak selesai dibangun 2022 lalu, sejumlah kios di anjungan Penelokan, Kintamani masih kosong. Sesuai rencana, kios yang jumlahnya tujuh unit itu akan disewakan untuk tempat berjualan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bangli I Wayan Sugiarta mengakui hingga saat ini keberadaan kios tersebut belum dimanfaatkan. Untuk pemanfaatannya, Pemkab Bangli masih akan memohonkan penilaian harga sewa ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KNKNL) Singaraja. “Harus melalui penilaian dulu. Sekarang masih dalam proses pengajuan ke KPKNL,” katanya, Jumat (31/3).

Baca juga:  Enam Pekerja Diskors, DPRD Badung Undang Pihak APS

Pihaknya tidak bisa menargetkan kapan kios itu bisa mulai disewakan. Sebab untuk penilaian harga sewa ada prosesnya.

Mengingat KPKNL tidak saja mengurus permohonan dari Bangli saja tapi seluruh Bali. Setelah nantinya sudah ada kepastian harga sewa, selanjutnya akan diumumkan ke pedagang yang berminat jualan di sana.

Sugiarta mengatakan sesuai keinginan Bupati, kios-kios tersebut akan dijadikan tempat jualan kelas premium. Hanya saja pedagang apa saja yang bisa jualan di sana, mantan Kepala Perpustakaan dan Asrip itu belum bisa memastikan.

Baca juga:  Pengusaha Restoran di Kintamani akan Peroleh Insentif, Ini Sejumlah Syaratnya

Terkait hal itu pihaknya mengaku akan meminta petunjuk lebih lanjut dari Bupati. Disinggung soal pedagang acung yang selama ini banyak berjualan di areal anjungan, Sugiarta memastikan akan melakukan penataan. Untuk hal itu pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan adat di desa setempat.

Sebagaimana yang pernah diberitakan sebelumnya, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta mengatakan rencananya kios-kios tersebut akan disewakan untuk tempat jualan kuliner, kopi atau aksesoris. Sedana Arta menginginkan areal kios itu nantinya jadi tempat yang keren bagi wisatawan. “Kita maunya di sana jadi tempat yang keren. Bukan yang ecek-ecek. Tidak lagi misalnya kopi di gantung-gantung. (Maunya) kayak di coffee shop-coffee shop gitu,” kata Sedana Arta Desember lalu. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Batur Kembangkan Potensi SDA
BAGIKAN