Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berselang satu menitan, Bali diguncang dua kali gempa tektonik dengan magnitudo 4,9 dan 5,0 SR, Senin (10/4) pagi. Gempa yang berpusat di laut pada jarak 86 km arah Selasat Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 49 km dan 50 km ini dirasakan di daerah Kuta, Denpasar, Karangasem, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Sumbawa Barat. Lalu, apa makna gempa yang terjadi pada Sasih Kadasa ini?

Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Geria Agung Sukawati, Gianyar menjelaskan secara metafisis gempa yang terjadi pada sasih kadasa dimaknai sebagai pertanda baik, kehidupan membaik, bumi bersahabat, dan apa yang ditanam hasilnya juga baik. Secara keseluruhan menuju kebaikan dari masa sebelumnya.

Baca juga:  Titik Api di Lereng Gunung Agung Kembali Muncul

Meskipun terhadap hasil ternak kurang menguntungkan. Ida Pandita berpesan agar kita hendaknya jangan lengah.

Sebab, “perang” bisa saja terjadi secara fisik maupun non fisikal, sehingga perlu diwaspadai. “Sebaiknya kita sebagai umat yang mempercayai adannya Tuhan dan kekuatan negatif lainnya, jangan lupa beryadnya sesuai dengan ucapan susastra Agama Hindu, wajib hukumnya agar bisa mencapai apa yang diinginkan walaupun kecil, lakukan itu karena ‘perintah’ Agama. ‘Aywa lipya ring kandaning yadnya iku’, dan harus tepat sasaran jika tidak percuma saja, apalagi glamor miskin makna,” tandas Ida Pandita, Senin (10/4). (Winatha/balipost)

Baca juga:  Overstay, Turis Rusia Jadi Pengedar Kokain
BAGIKAN