Arsip - Seorang warga menjalani tes asam nukleat di pos pengujian yang didirikan di sebuah sekolah dasar di Distrik Dongxihu, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Jumat (15/52020). (BP/Ant)

BEIJING, BALIPOST.com – Tuduhan telah menghapus data penting terkait sampel yang diambil dari Pasar Huanan, Wuhan, ditolak tim peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC). CCDC juga membantah pandangan bahwa galur virus COVID-19 berasal dari binatang di pasar hewan dan ikan di ibu kota Provinsi Hubei tersebut.

Tiga galur virus yang di isolasi dari sekitar 900 sampel di lingkungan pasar terlihat hampir identik dengan urutan virus pasien pada saat itu.

Data itu menunjukkan bahwa galur virus tersebut kemungkinan besar berasal dari manusia, kata Dekan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Beijing University of Chemical Tehcnology, Tong Yigang, kepada pers di Beijing, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (10/4).

Baca juga:  Penambahan Positif COVID-19 di Bali Masih di Kisaran Belasan Kasus dalam 24 Jam Terakhir

Ketua Bidang Lingkungan dan Hewan pada Misi Bersama Penelitian Asal-Usul COVID China-WHO itu mengungkapkan bahwa dari 1.300 sampel binatang yang diambil dari Pasar Huanan selama Januari-Maret 2020, sebanyak 400 di antaranya negatif COVID-19.

Sebelumnya, WHO menuduh China menghapus data sampel dari Pasar Huanan pada awal 2020 yang merupakan informasi penting dalam mengungkap asal-usul COVID. WHO juga menyebut Pasar Huanan sebagai episentrum pandemi karena dari pasar rakyat tersebut virus SARS-CoV-2 menyebar dengan cepat ke berbagai tempat di Wuhan pada 2019, yang kemudian menjalar ke berbagai belahan dunia.

Baca juga:  Kumulatif Kasus COVID-19 Nasional Lampaui 750 Ribu Orang, Masih Bertambah di Atas 8.000!

“Setiap data terkait penelitian asal-usul COVID-19 perlu disebarluaskan segera ke komunitas internasional. Data tersebut seharusnya dibagikan sejak tiga tahun yang lalu,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Jumat (7/4).

CCDC menolak tuduhan itu dengan menyatakan bahwa para ilmuwan China telah membagikan seluruh data dan informasi, termasuk lebih dari 76 ribu kasus positif awal COVID di Wuhan. “Kami melakukan analisis dan riset bersama secara mendalam dan hasilnya secara kolektif juga telah disetujui oleh pakar dari WHO dan China,” kata Zhou Lei, peneliti CCDC, di Beijing pada Sabtu (8/4).

Baca juga:  Dari Perindo dan Demokrat Keluar hingga Bayi dalam Bungkusan

Ia menganggap WHO merupakan organisasi kesehatan dunia yang sangat penting, profesional, berwibawa, diakui komunitas internasional, bersifat ilmiah, teliti, dan tidak berpihak. “Saya pikir jika tuduhan yang dibuat melenceng, maka beresiko merusak kredibilitas WHO,” ucapnya. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN