DENPASAR, BALIPOST.com – Puluhan gempa bumi terjadi di Bali selama dua pekan terakhir pada April 2023. Gempa ini terjadi di utara maupun selatan Bali.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serangkaian gempa yang terjadi ini berpotensi mengurangi akumulasi energi yang lebih besar. “Apabila suatu wilayah sering dilanda aktivitas gempa bumi dengan kekuatan kecil atau sedang yang relatif tidak berbahaya, dapat diartikan wilayah tersebut telah melepaskan energi gempa bumi secara perlahan,” kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho, Selasa (11/4).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia mengatakan gempa bumi merupakan bentuk pelepasan energi yang ada di dalam bumi sehingga tidak bisa dihindari dan merupakan hal yang wajar. Ia menjelaskan aktivitas gempa bumi dirasakan, yang terjadi di sekitar wilayah Bali akhir-akhir ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi tektonik di Pulau Dewata yang terletak di antara dua generator gempa bumi utama.
Dua generator gempa itu yaitu zona subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di selatan Bali dan zona Back Arc Thrust atau sesar naik busur belakang di utara Bali. Selain itu, Bali juga memiliki sumber gempa bumi lain di antaranya yang berada di Bali Barat-Bali Utara yakni Sesar Negara, Sesar Seririt, Sesar Tejakula dan Sesar Culik yang berada di darat.
“Hal ini menyebabkan pulau Bali menjadi salah satu wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi,” katanya.
Selama dua pekan sejak awal April 2023, telah terjadi 29 kali aktivitas gempa bumi yang dirasakan di sekitar wilayah Bali baik yang terjadi di utara maupun selatan Pulau Bali. Magnitudonya beragam, dari skala 1 hingga 5 SR.
Gempa bumi relatif besar pertama terjadi pada Selasa (4/4) pukul 02.26 WITA. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu berkekuatan magnitudo 4,6 dengan episentrum terletak pada koordinat 8,87 Lintang Selatan (LS) dan 115,69 Bujur Timur (BT) atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 48 kilometer tenggara Klungkung, Bali pada kedalaman 74 kilometer.
Cahyo Nugroho menjelaskan dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, Mataram, Karangasem, Kuta, Denpasar dengan skala III MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seperti truk yang sedang melintas.
Kemudian, gempa bumi terjadi pada Minggu (9/4) pukul 18.38 WITA yang berdasarkan hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu berkekuatan magnitudo 2,7. Episentrum gempa itu terletak pada koordinat 8,40 LS dan 115,73 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 23 kilometer tenggara Karangasem, Bali pada kedalaman 17 kilometer.
Dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Karangasem II MMI yakni getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Gempa lainnya terjadi di selatan Pulau Bali, Senin (10/4) dengan selisih waktu satu menit yaitu pada pukul 08.36.20 dan 08.37.29 WITA. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter yang diperbarui dengan magnitudo 4,9 dan 5,0 dari sebelumnya magnitudo 5 dan 5,2.
Episentrum gempa bumi masing-masing terletak pada koordinat 9,60 LS dan 115,11 BT dan 9,65 LS dan 115,10 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 86 kilometer arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 49 kilometer dan 50 kilometer.
Kedua gempa bumi itu dirasakan di daerah Kuta, Denpasar, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dengan skala intensitas III MMI, daerah Kuta Selatan, Karangasem, dan Sumbawa Barat dengan skala intensitas II – III MMI.
Setelah gempa beruntun itu, Bali diguncang sejumlah gempa skala kecil. Dilihat dari akun IG BMKG Bali, sebanyak 9 gempa skala kecil terjadi sejak kemarin siang. Terbaru, gempa terjadi pada pukul 14.31 WITA dengan skala 2,8 SR di 68 km Timur Laut Karangasem. (kmb/balipost)