Bram Sarjana. (BP/Istimewa)

Oleh I Made Bram Sarjana

Kehidupan dan aktivitas adat masyarakat di Bali tidak terlepas dari keberadaan Balai Banjar. Secara turun-temurun, Balai Banjar telah menjadi ruang bersama bagi krama adat untuk melaksanakan berbagai kegiatan adat, seni dan budaya Bali.

Dalam perkembangannya, kegiatan kedinasan oleh pemerintah juga telah memanfaatkan Balai Banjar, sehingga Banjar juga menjadi simpul pemersatu beragam komponen masyarakat Bali. Sekaa Teruna
sebagai wadah bagi generasi muda berusia dari 15 tahun hingga belum menikah dalam berkreativitas dan bersosialisasi di masyarakat (Risdayanti & Sujana, 2022), adalah komponen masyarakat yang memanfaatkan Balai Banjar secara rutin.

Kondisi ini misalnya terlihat menjelang perayaan hari raya Nyepi. Sekaa Teruna dengan suka cita beraktivitas
siang-malam di Balai Banjar untuk membuat ogoh-ogoh dan berlatih baleganjur maupun tarian.

Keberadaan Balai Banjar dengan demikian secara nyata telah menjadi ruang kreativitas Sekaa Teruna. Berdasarkan Data Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali, di Bali terdapat 4.432 banjar adat dan 3.643 banjar dinas. Selanjutnya data BPS Bali menunjukkan jumlah penduduk Bali usia 15 hingga 29 tahun pada 2023 diproyeksikan mencapai 1 juta jiwa lebih.

Baca juga:  Konstitusionalitas Pungutan bagi Wisatawan Asing

Apabila sepertiganya aktif dalam Sekaa Teruna, maka terdapat sekitar 300 ribu anggota Sekaa Teruna yang rutin beraktivitas pada ribuan Banjar yang ada di Bali. Di beberapa daerah, kondisi bangunan Balai Banjar dan fasilitas yang melengkapinya telah memadai, seperti jaringan internet yang dapat diakses komunitas.

Tentunya keberadaan Banjar dengan fasilitasnya itu menjadi “asset tidur” bila tidak dioptimalkan untuk mewujudkan berbagai produk barang dan jasa yang bernilai tambah dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Oleh sebab itu menarik untuk didalami bagaimana cara mengarahkan agar kreativitas yang telah terbangun ini dapat diperluas, bertransformasi ke platform digital sebagai fondasi bagi Sekaa Teruna menghadapi era ekonomi digital.

Baca juga:  Globalisasi, Lunturkan Adat Budaya Bali

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperluas dan mentransformasikan fungsi Banjar menjadi ruang kerja bersama (coworking space) bagi Sekaa Teruna untuk menghasilkan beragam produk ekonomi kreatif digital. Coworking space menurut Spinuzzi et al. (2019) merupakan lingkungan kerja bersama, yang menjadi ruang bagi pekerja independen berkumpul untuk menciptakan pengetahuan dan
memperoleh manfaat, bekerja secara independen sekaligus bersama.

Kolaborasi amat mendukung tumbuhnya jiwa kewirausahaan, seperti ditemukan dalam studi Howell (2022) yang menyebutkan coworking space memberikan ruang bagi wirausahawan untuk membangun komunitas, berinteraksi dan belajar
satu sama lainnya. Dalam konteks tersebut, Banjar bertransformasi menjadi ruang kerja bersama (coworking space) bagi Sekaa Teruna untuk berkolaborasi menghasilkan berbagai produk ekonomi kreatif digital, dengan wujud antara lain seperti desain, fashion, animasi, seni pertunjukan, iklan, penyiaran, dan gim (Nurse, 2020).

Mereka dapat menggunakan Banjar sebagai tempat berdiskusi dan berkolaborasi menghasilkan berbagai produk ekonomi kreatif yang dapat mendatangkan manfaat ekonomi serta mendukung berbagai aktivitas sosial, pelestarian seni, adat dan budaya lokal.

Baca juga:  Seni dan Kecerdasan Spiritual

Untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif digital berbasis Banjar, diperlukan berbagai dukungan seperti pelatihan dan pendampingan dari pihak terkait. Apabila dukungan ini dilakukan secara sistematis, maka kelak akan menjadi pemandangan yang biasa, Sekaa Teruna bertemu di Balai Banjar dengan membawa laptop dan
perangkat teknologi digital lainnya untuk berkolaborasi dalam proses kreatif menghasilkan produk ekonomi kreatif digital.

Transformasi fungsi Banjar sebagai coworking space dapat meningkatkan level kreativitas Sekaa Teruna, agar memiliki skill digital dan berdaya saing dalam ekosistem ekonomi digital yang tengah tumbuh pesat di tanah air. Bali dengan Banjar beserta Sekaa Terunanya akan menjadi simpul ekosistem ekonomi kreatif digital berbasis komunitas yang mendukung pelestarian budaya dan kearifan lokal.

Penulis, Analis Kebijakan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung

BAGIKAN