JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak empat rumah di dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,9 pada Jumat (14/4) pukul 16.55 WIB. Hal ini dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Sabtu (15/4), mengatakan perkembangan terkini hingga hari ini, Sabtu (15/4), pukul 09.00 WIB, empat rumah rusak akibat fenomena geologi tersebut. Dikutip dari Kantor Berita Antara, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB merinci sebanyak dua unit rumah rusak di Provinsi Jawa Barat yaitu satu rumah rusak berat di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, dan satu rumah rusak ringan di Desa Cikembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Sedangkan di Provinsi Jawa Timur terdapat dua rumah yang juga terdampak guncangan gempa dengan kerusakan tingkat serang yaitu di Desa Darsono, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember dan di Desa Panggul, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Sementara itu, BPBD Provinsi Bali mengkonfirmasi satu warga berusia lima tahun meninggal dunia saat gempa terjadi di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, diduga terkejut saat guncangan.
Pemutakhiran parameter Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa magnitudo 6,9 berpusat di 65 kilometer barat laut Tuban, Jawa Timur, berada pada kedalaman 643 kilometer di laut namun tidak berpotensi tsunami.
Guncangan gempa dirasakan warga Kota Banjar, Jawa Barat, selama tiga hingga lima detik sedangkan warga di Kabupaten Jember merasakan gempa dengan durasi yang sama dengan situasi di tengah masyarakat tidak ada kepanikan.
Di wilayah Kota Surabaya, BPBD menginformasikan guncangan gempa pada intensitas lemah yaitu sekitar satu hingga dua detik dengan situasi aman terkendali dan tidak ada kepanikan warga.
Sementara di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Tuban, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora masih dilakukan pemantauan di masing-masing wilayah BPBD.
Berdasarkan analisis BMKG, fenomena yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat adanya aktivitas deformasi slab pull pada lempeng Indo-Australia yang tersubduksi hingga di bawah Laut Jawa.
Analisis selanjutnya, mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki pergerakan turun atau normal fault dengan parameter modified mercalli intensity (MMI) yaitu gempa bumi berdampak dan dirasakan warga di daerah Kuta dengan skala V MMI.
Untuk di Karangkates, Trenggalek, Gianyar, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Pacitan, Kediri, Tuban, Garut, Mataram, intensitas yang dirasakan pada skala IV MMI sedangkan di wilayah Pelabuhan Ratu, Labuan, Tabanan, teridentifikasi intensitas pada III MMI.
“Semakin tinggi tingkat skala MMI maka dampak gempa dapat berpotensi tinggi. BMKG mendeskripsikan V MMI sebagai getaran dirasakan hampir semua penduduk hingga orang banyak terbangun,” kata Abdul,.
BMKG juga melaporkan tidak ada gempa susulan atau aftershock yang terdeteksi sampai Jumat sore (14/4), pukul 17.30 WIB. (kmb/balipost)