Pasien DBD saat menjalani perawatan di RSUD Karangasem. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Karangasem kembali memakan korban jiwa. Kali ini DBD tersebut memakan dua korban jiwa yakni remaja perempuan berinisial, AP (14) dan laki-laki berinisial UM (12).

Keduanya meninggal dunia di RSUD Karangasem dan berasal dari Lingkungan Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem. Kepala Lingkungan Ujung Pesisi, Yatimin, mengatakan sejak empat hari sebelum bulan Ramadhan sampai saat ini sudah ada sekitar delapan warganya yang terkena DBD.

Dua diantaranya meninggal dunia. “AP meninggal dunia empat hari sebelum bulan Ramadhan, sedangkan UM baru kemarin malam dinyatakan meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di ruang ICU (intensive care unit),” kata Yatimin, Minggu (16/4).

Baca juga:  BBPOM Lakukan Pengawasan Takjil di Klungkung

Yatimin mengakui, pascameninggalnya dua warga ini, sebagian besar warga yang tinggal di Lingkungan Ujung Pesisi menjadi was-was. Pasalnya, mereka takut sebarannya semakin meluas mengingat wilayah tersebut cukup padat penduduk. “Warga pada takut. Bila ada warga yang menderita demam sedikit saja sudah langsung dilarikan ke rumah sakit agar bisa secepatnya dapat penanganan,” katanya.

Kabid Pelayanan RSUD Kabupaten Karangasem, I Komang Wirya mengatakan pasien tiba di UGD sudah dalam kondisi sangat kritis, trombositnya sudah sangat menurun. Selain itu pasien juga sudah mengalami DSS (Dengue Shock Syndrome) sehingga kondisi pasien sangat lemah. “Kita sudah berupaya untuk melakukan penanganan dengan maksimal tapi tetap saja kondisi kedua pasien tersebut semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia,” katanya.

Baca juga:  Dari Bypass Ida Bagus Mantra akan Dilanjutkan hingga Pelonggaran Pemakaian Masker Berlaku

Orangtua almarhum mengatakan anaknya mulai mengalami demam pada Selasa (11/4). Bahkan panasnya lumayan tinggi dan disertai muntah-muntah.

Sehingga sore harinya langsung dibawa untuk periksa di dokter yang ada di wilayah tersebut, karena takut anaknya terkena DBD mengingat di wilayahnya cukup banyak warga yang sudah terkena DBD. Saat diperiksa oleh dokter dibilang tidak ada gejala DBD sehingga mereka kembali pulang.

Berselang dua hari, kondisi anaknya membaik bahkan sempat bisa bermain. Namun keesokan harinya yaitu Jumat (14/4) kondisi anaknya kembali memburuk dengan suhu badan yang kembali tinggi bahkan tubuhnya sangat lemas.

Baca juga:  DBD di Bali Alami Tren Kenaikan, 9 Orang Meninggal Dunia

Melihat kondisi almarhum yang lemas, ia langsung membawa anaknya tersebut ke rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit dan diperiksa, sang anak dinyatakan terkena DBD. Sehingga langsung ditangani oleh dokter dan langsung dilarikan ke ruang ICU (intensive care unit). “Malam harinya saya diberitahu jika anak saya sudah meninggal dunia,” katanya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN